Because I’m Human

Klik sumber gambar


 “aku mencarimu. Kamu selalu berhasil melenyap. Dasar Childish” -inbox, aprl 3’14

Entah ada aura apa di sepotong pagi ini. bagi saya biasa, selalu menjadi debar yang biasa. Dalam banyak hal di dunia ini, terkadang alam terkesan angkuh tak pernah ingin mengambil porsi lebih. Buktinya saja senandung malam tadi, tetap cerah sekalipun hati saya dilanda hujan deras (misalnya). Dan pagi ini, matahari tidak begitu mengerang dengan panasnya. Sedikit malu-malu untuk menampakkan seluruh wajahnya. Alam saja punya acara sendiri untuk mengatur bumi ini, berbagi royalitas. Termasuk saya.

Setiap orang punya caranya sendiri untuk membebaskan diri dari hal yang menurutnya rancu. Seperti saya yang kerap lari dari mereka yang hanya menciptakan sendu. Lari bukan berarti membenci. Hanya saja saya selalu menciptakan batas-batas sendiri dalam lingkup pribadi. Mungkin si terkesan kekanak-kanakan saat saya selalu berhasil melenyap tuntas. Dengan trik mendelete contact atau pertemanan di lini masa. Pokoknya apapun yang bisa menciptakan komunikasi lagi. Hanya saja saya benar-benar melakukkan ini atas dasar kebaikan. Bagi saya syah-syah saja.
Dan benar. Karena trik saya ini, saya kerap berhasil lolos dengan tuntas. dan pastinya move on dengan cepat. Dengan terbatasnya ruang untuk “kepo” mengharuskan saya benar-benar memacu kecepatan tinggi untuk segera bergerak. Di tambah lagi, saya cenderung tidak mampu berkomukasi lagi dengan beberapa orang yang sudah memababat habis rasa respect saya. jadi setelah di fikir-fikir dan beberapa penimbangan lebih baik tak perlu lagi. Sudah beberapa orang yang kerap menjudge saya dengan kata-kata yang sama “kekanak-kanakan”.But whatever, this is me. This is my life, This is my rules.
Bagi saya, Seseorang tidak bisa langsung di labeli “childish” hanya karena satu pola pikir atau satu kebiasaan konyol. Tapi kedewasaan seseorang bisa dilihat sejauh mana dia bisa menakar sebuah masalah dan meminimalisirnya. Sejauh mana dia bisa tetap berfikir jernih saat permasalahan hidupnya begitu rancu, dan sejauh mana dia masih bisa melangkah (baik) saat dia kehilangan keseimbangan. Satu poin penting bagaimana bersikap dan menempatkan masalah itu. Jangan sampai memambah masalah atau melempar masalah itu kepada orang lain. Yes, that is enough. If you can’t do that, check your attitude. please !

Hmm.. ini hanya semiliran pendapat yang tiba-tiba membisik di telinga kanan saya. seiring bertambahnya lagi orang yang menjudge kata yang sama. Rupanya saya masih menemukan sisi manusiawi di diri saya. salah satu contohnya adalah selalu melakukan pembelaan. So, absolutely I’am human. Hihii…

Kamu-kamu juga pasti punya acara sendiri untuk menghindar dari beberapa hal kan ? atau bahkan kamu tergolong orang yang pasrah ? menerima dan tidak pernah memfilter apapun ? membiarkan seadanya ? its oke !! just follow your heart, and make felt better anymore.

start to go…


@shintajulianaa

Follow Your Dream :)




“mulailah dengan hal yang di sukai dan kamu kuasai”

Berani bermimpi ? saya paling berani dalam hal ini. tapi sayang saya terlalu menggebu-gebu di awal.
Klik sumber gambar
Setelah saya mengikuti seminar terbuka yang diadakan oleh cosmogirl minggu kemarin, Saya merasa terpacu untuk kembali bermimpi dan yang pasti kembali berusaha mewujudkannya. Minggu kemarin cosmogirl mengadakan seminar terbuka dengan tema entrepreneur. Dalam rangka itu juga cosmogirl mengundang seorang entrepreneur untuk menjadi motivator bagi kaula muda yang berniat berwirausaha. Dia adalah pencetus sebuah onlineshop ternama www.belowcepek.com. memang mendengarkan seorang motivator saat kita butuh banget advise itu selalu menjadi amunisi tersendiri. jadi karena itulah, Saya mulai tergerak lagi untuk meneruskan online shop yang selalu menemui rasa jenuh sampai stuck dan akhirnya tutup lapak. Selalu begitu. Lebih tinggi dari itu, saya ingin membuka sebuah the real shop. Sebuah toko nyata atasnama mimpi. Hihi.. saya selalu tersenyum sendiri membayangkan the real shop yang akan saya garap nanti. Nanti ya.. belum tentu nanti nya itu nanti yang mana.

Menjadi karyawan swasta suatu saat nanti pasti akan menemui titik jenuh, ah apapun yang kita jalani secara monoton suatu saat pasti menemui titik jenuhnya. Tapi titik jenuh yang saya maksud disini adalah “pemberhentian Karena factor usia.” Saya sendiri sudah menjadi karyawan swasta selama kurang lebih 3 tahun ini. menikmati kesibukan yang dari hari ke hari tetap sama. Melalui hambatan-hambatan yang setiap kalinya sama juga Cuma beda porsinya saja (mungkin, ini hanya tentang pendapat saya pribadi). Jadi saya mulai berpikir serius tentang menjadi seorang entrepreneur. Mencari dana tambahan untuk mendongkrak jaminan kesejahteraan. Selagi saya masih single, selagi pikiran dan dana saya bisa focus dialokasikan sebagai modal, saya pikir saya harus benar-benar berfikir tentang ini. tapi yang jadi permasalahan “saya mulai dari mana ?”

Permasalahan lainnya adalah saya harus merubah sikap saya sebelum benar-benar terjun ke dunia bisnis. Ya saya terlalu labil untuk mengambil berbagai tindakan yang pastinya ada konsekuensi berbeda. Pikiran dan mood yang gampang banget naik turun, membuat saya menjadi maju mundur dan tidak konsisten dengan pemikiran awal. saya benar-benar perlu stabil. Stabil dalam keadaan apapun. Itu yang saya harus rubah.
Betapa bahagianya jika disamping bekerja saya juga punya penghasilan tambahan dari berwirausaha. Apapun bentuknya besar-kecilnya itu adalah anak-anak mimpi yang bergelanyut jadi kenyataan bagi saya. amiin.
Haaaaah.. sore yang penuh mimpi. Penuh sekali.. sampai perut terasa tergelitik lalu tertawa. HAHA
This is my dream? try to describe your dream clearly and without doubt !!
So .. let us realize. lets go


LetsFOLLOWYOURDREAM


@shintajulianaa

Re-mind !

Saya benar-benar belajar banyak.
Sekarang saya paham, saya mengerti. Saya tidak akan menggampangkan lagi posisi kamu. Kamu semua yang pernah patah secara tiba-tiba dan di tinggilkan pergi begitu saja dengan ribuan mimpi-mimpi itu. Tanpa haluan lagi dan terombang ambing seperti itu, iya karena kamu sudah menyerahkan kemudimu padanya tapi sekarang dia terjun menjauh dari kemudi. Kamu yang duduk nyaman di belakang dan terlanjur nyaman dengan posisi itu hanya bisa terpana, dan membiarkan kemudi berjalan seadanya. Tertabrak-menabrak-ditabrak; kamu biarkan seadanya.
Mungkin jatuh saja tidak cukup bagi kamu untuk pergi dan berlalu. Tidak. Kamu harus Jatuh sampai ke dasar dengan disertai timpaan tangga bertubi-tubi sampai kakimu patah, biar. Biar kamu sadar. Sadar dan paham bangaimana sulitnya berdiri dengan kedua kaki yang sempat patah. Biar, biar kamu rasakan bagaimana mengumpulkan lagi mimpi yang sudah tuntas tanpa pernah menjadi nyata. Mengumpulkan lagi keberanian untuk tidur dan bermimpi lagi, mengumpulkan kepercayaan bahwa bermimpi terlalu tinggi tidak hanya untuk bangun lalu terjatuh. Biar, biar jatuhnya kedasar sendirian membuat kamu mengoreksi penyebab lukamu sendiri. Menangislah, mengumpatlah, sampai sesak itu hilang tertimbun amarah. Setelahnya biar lukamu mendewasakan. Mengajarkan lebih dari pada saat kamu berdiri sampai berjalan lalu terbang. Biar bau tanah ini kelak mengingatkanmu bagaimana kamu terkapar tanpa daya, termakan hari yang tak pernah ingin berbagi.
Kadang memang kamu perlu disia-siakan lalu di hancurkan. Agar kamu ingat sulitnya merapikan lagi kepingan-kepingan yang tergeletak tak karuan. Memang mungkin harus seperti itu. Agar kelak kamu lebih menghargai dirimu, tidak seonyong-oyongnya menyerahkan perasaanmu pada mereka yang salah. Pada mereka yang hanya ingin mencicipi singgasana hatimu lalu pergi meninggalkanmu tak peduli. Memang pelajaran selalu kejam untuk membuat mengerti apalagi paham.
Sekarang saya paham.

Kamu yang sudah dengan yakin ada jalur yang benar lalu begitu saja terpanting ke sebelah arah yang salah. Dengan seketika. Kamu yang begitu yakin itu bukan sekedar mimpi, tapi juga susunan partikel yang bagian dari kenyataan. Lalu tiba-tiba tergerus oleh nyatanya kenyataan. Tidak ada tangis, tidak ada juga umpatan. Itulah sakit sesungguhnya. Kamu terlalu sibuk berdiskusi, menciptakan monolog dengan nada meyakinkan “benarkah, nyatakan ? atau ini hanya mimpi”. 
Sekarang saya tak bisa menyemangatimu dengan kata-kata “sabar dan selalu sabar”. Karena saya tahu, yang dibutuhkan bukan hanya kesabaran untuk menghadapi kenyataan yang sudah meluluhlantakkan mimpimu sampai tak tersisa. Bukan hanya itu. Kamu perlu ketenangan dan rasa menerima. Kamu perlu jiwa besar dan kelapangan untuk membalas semuanya dengan senyuman.

Sekarang saya mulai belajar banyak seperti kamu.
Kadang kita harus di bohongi habis-habisan agar kelak saat ingin menjatuhkan sebuah kepercayaan harus di filter ulang. Agar kelak tidak semua orang bisa kita sandarkan sebuah kepercayaan.
Kadang kita harus patah sepatah-patahnya sampai menjadi partikel-pertikel yang sulit direkatkan agar kelak kita bisa menghargai setiap kepingan hati kita. tidak begitu saja memberikannya kepada mereka yang tidak tau bagaimana dan siapa keterangan lanjutnya.
Saya benar-benar mengerti.


Betapa waktu benar-benar tajam ketika dihabiskan dengan potongan-potongan kisah. Betapa tidak sedikit orang terseret dan tidak mampu berjauhan satu sama lain, karena sudah banyaknya waktu yang terlewati. Kebersamaan dalam lingkaran waktu; suka duka tak pernah jadi hal lain saat hati menyatu. Saya tidak ingin mengabaikan waktu dan penggalan kisah lagi. Karena bagaimanapun, waktu itu tajam. waktu selalu punya andil besar. Semakin lama dan semakin panjang, semakin dalam juga bekas lingkaran kebersamaan.
Saya tidak ingin lagi mengataimu lagi. Saya bersyukur mengenalmu dengan cepat. Dengan begitu dengan cepat pula terjatuh dan belajar. Jatuh semuda mungkin, pahit semuda mungkin, agar esok lebih hati-hati. saya benar-benar bercermin, mengoreksi, dan kamu yang mengajarkan. teriamakasih… dongrak paling kuat bagi saya untuk memperbaiki diri sendiri. cermin paling nyata untuk membenahi pribadi.
klik sumber gamabr
Sekarang saya mengerti.

Sekarang saya belajar. 

Sekalipun terlempar begitu keras, saya akan bangun dengan cepat. Percayalah,,,,



Tuhan punya cara sendiri untuk mengajarkan,
sekalipun keras,
percayalah itu cara terbaiknya mengartikan sebuah ketegaran

Marriage Sindrom

“We are here together, reading and learning together.  He had his own book and so did I. Books of our lives. But for now, its not about “the book of Myself” anymore.  It is “the book of us” that matter. Start from a blank page again, ready to write a new book. We will always try to write the best in every chapter. What do you want to write together with your husband/wife? That is how the marriage goes. It is not about you; it is about the person you love. How you want to build your marriage is up to you. I know that we are not good enough for each other. We made mistakes. But we will always spend the entire life proving that we can be better. Insya allah. Helping each other to attain Jannah. Never get tired of doings things that leads us closer to Allah SWT.”

(Allysa Soebandono )

Klik Sumber gambar

                                            ________________________________

Saya menemukan sepenggalan kalimat cantik itu di Instagram milih AllysaSoebandono. Entah, saya ada kalimat trasnpalasi yang jatuh tepat di hati saya. akhir-akhir ini saya kena sindom “a marriage”. Dampaknya saya sangat menyukai artikel-artikel pendek tentang bagaimana memulai sebuah rumah tangga yang baik dan benar, menghindari berbagai konflik dan penyelesaiannya, cara menjadi istri idaman, cara me-manage administrasi dalam rumah tangga dan lebih jauh lagi cara mendidik anak sampai cara menemukan bakat si buah hati. Kadang saya terkikik sendiri menyadari hobby saya yang tahun-tahun ini lebih condong ke ibu rumah tangga, seperti mempertimbangkan biaya pengeluaran dengan cara memfilter setiap pengeluaran itu sendiri, lebih asyik lagi jika memburu kata “diskon”.Hmm.. yang lebih membuat aneh, dari yang tadinya saya suka sekali belanja fashion sekarang lebih condong ke belanja peralatan rumah tangga, melengkapi perlengkapan memasak, tertarik dengan imutnya piring-piring cantik, dan bergairah memulai percobaan menu baru dalam memasak. HAHA…coba tengok sebentar berapa umur saya sekarang ? 21 tahun !  that’s right. Ini terlalu cepat ? tapi tidak. Saya harus belajar dan mempersiapkan diri sedini mungkin. Itu tekad saya.

Lingkungan pergaulan saya sejak menjadi anak rantaupun turut mempengaruhi. Seperti di kantor, saya di suguhi partner (orang-orang yang juga kena sindrom got a marriage) dengan berbagai nasehat-nasehat juga pengalamannya. Di tambah lagi lingkungan kost, yang semua sudah berumur dan siap berumah tangga. Di tambah lagi saya turut serta mempersiapkan kebutuhan pernikahan teman kost.  Ya.. jadi bisa terbilang wajar kalaupun saya tertarik dan ingin menjamah dengan cepat sebuah bahtera itu. Tidak peduli seberapa umur saya sekarang, yang mungkin jika  melirik teman-teman sebaya saya yang masih berkutat dengan sekolahnya atau malah masih bermain-main dengan masa depannya. Saya tidak peduli seberapa jauh saya sudah meninggalkan dunia saya. seberapa jauh bentangan umur saya dengan kebiasaan saya. its oke. Im naturally and totally respect to my habits.


Ini bukan di buat-buat. Saya benar-benar menikmati hidup saya akhir-akhir ini,hidup beserta kebiasaan-kebiasaan baru juga rancangan-rancangan masadepan yang saya susun sedemikian rupa. Mengotak-ngatik pemikiran dengan kata “jika dan hanya jika” juka perhitungan-perhitungan matematis yang kerap bikin saya keblenger. Tapi sekali lagi saya menikmatinya. Jika ada yang bilang “hello.. anda masih muda, nikmatilah masa mudamu”. Saya titik beratkan lagi, saya sangat menikmati masa muda saya. sekalipun di habiskan dengan bekerja atau duduk membaca, atau merenung juga merancang mimpi-mimpi besar. menurut saya itu bukan hal biasa. Ya, saya memang pemikir. Memikirkan sesuatu dengan cabang-cabangnya bangkan sampai ke anak akarnya. Saya sangat ingin mempersiapkan diri untuk kejutan istimewa itu, saya ingin hidup lebih-lebih dan lebih baik lagi. Saya yakin, Tuhan melihat usaha dan perjuangan saya, pun mendengar jeritan do’a-do’a saya. dengan begitu saya yakin, Tuhan juga akan mempersiapkan waktu indah itu dengan sedemikian rupa bersama Dia (seseorang) yang juga sedang menyiapkan serta memperbaiki dirinya untuk bertemu dengan saya (amin).
Ternyara sindrom “marriage” benar-benar melekat entah sejak kapan mulainya, saya tidak begitu menyadari. Kadang teman sebaya saya berkomentar “duh, kamu ketuaan deh uda baca begituan” itu komentar seorang teman teman ketika  memergoki saya membaca “cara mengatur asupan gizi si buah hati”. But once again, I don’t care, this is my way to get my future, big future, and best future. Amiin.


Satu poin penting  waktu yang tepat itu datang saat kita sudah tepat, tepat secara pemikiran, tepat secara emosional, tepat secara psikis. Untuk emosional, saya memang masih labil seperti usia saya seperti mereka-mereka yang seusia saya masih suka menggalau, masih suka ngelantur, masih suka menuruti ego. tapi dengan bayaknya asupan teman-teman yang jauh usianya di atas saya, dengan memperhatikan bagaimana mengatur emosi saat marah, meredakkannya, juga mengikhlaskannya, pelan-pelan saya sedikit demi sedikit saya akan bisa seperti sosok itu (sejatinya yang punya kesabaran dan ketabahan, seorang wanita akan terlihat lebih anggun, pun seorang pria). Saya tidak mau umur menjadi hambatan atau alasan untuk belajar lebih menjadi pribadi lebih baik, atau tingkat kewajaran menjadikan kadar boleh tidaknya berlaku labil.
Ya begitulah. Bagaimana pergaulan memperuhi banyaknya diri kita.
Sindrom “marriage” juga memberi langkah panjang bagi saya untuk menemukan seseorang itu. Seseorang yang bukan hanya akan menjadi pacar saya sekarang, bukan hanya jadi suami saya. tapi jangka panjangnya adalah seseorang yang akan menjadi ayah bagi anak-anak saya. yang kelak akan jadi tiruan dan panutan anak-anaknya. Saya berharap dengan adanya sindrom ini saya lebih dewasa dalam memfilter siapa dan bagaimana seharusnya. Lebih membidik saya untuk focus pada jangka panjang itu.
Oke.. catatan kali ini bagi yang bosen atau jenuh atau berkomentar “lebay” dan sederet komentar negative lainnya.. cukup di HOAAAAAAAMiiin aja ya temans. Kiss Love.





catatan saat menyadari pembicaraan sumbang dan tak lagi sinkron
dengan teman sebaya.
that is about LOL and XOX

selembar surat kecil di senja hari.

Selasa, 19 agustus 2014

bersama terbenamnya matahari,..
ini waktu senja.
panggil saja selembar surat kecil di senja hari..




Klik sumber gambar
Untuk kamu jodoh saya, dimanapun kamu berada.


Tuhan..
Jika Dia ada di jalan yang Salah, keluar dari LingkaranMu, saya berdo’a semoga Engkau tidak melepaskanNya lebih jauh. Kembalikan Dia ke tempat mana seharusnya, ke Tempat terbaik di mata agamaMu.
Tuhan..
Jika Dia sedang menyakiti perasaan wanita lain di luar sana, ampunilah. Ketuklah hatinya, kembalikanlah kelembutan hatinya.
Untukmu calon imam saya dimasa depan.
Yang kelak menjadi ayah dari anak-anak saya, yang kelak kepadanya Saya menyerahkan seluruh jiwa saya, menjadikannya sepenuhnya pemimpin dan panutan untuk saya. yang kelak kepadanyalah  saya menyandarkan hidup saya. saya berharap di manapun kamu berada, kamu selalu memantaskan diri. Yang saya harap Tuhan selalu memperbaikimu, menjaga seluruh iman dan islammu untuk menjadi imamku kelak.

Tuhan..
Engkau yang maha mengetahui apapun. Jaga hati dan jiwa saya dari mereka yang hanya ingin merusak iman dan islam saya. Jaga iman saya. jaga keyakinan saya. tuntunlah saya selalu untuk terus memperbaiki diri saya, menjaga hati saya dari perasaan sakit hati yang tidak perlu. Jaga pikiran saya dari sisi negative yang mengesampingkan nikmat syukur padaMu.
Tuhan…
Jauhkanlah saya dari siapapun yang berniat buruk. Saya percaya, sampai hari ini dan detik ini… perlindungan do’a dari kedua orang tua saya juga buah dari sujud malam saya, telah menunjukkan siapa-siapa yang buruk dan yang baik dengan begitu jelas. Saya teramat sangat bersyukur.
Tuhan…
Jangan tutup mata saya dari penglihatan yang memang menujukkan kebenaran, jangan butakan hati saya, mampukanlah saya (selalu) untuk dapat membedakan baik dan buruk dengan tegas. Tuhan, kokokkanlah hati saya. jaga bathin saya.
Untukmu calon ayah dari anak-anak saya dimanapun berada…
Saya tidak akan tergiur karena hartamu, jadi kamu tidak perlu menerobos jalan yang tidak baik untuk mendapatkan harta yang berlimpah. raihlah rezekimu dengan tetap di JalanNya, dengan begitu kamu akan mendapatkan berkah ketenangan lahir bathin. Sesungguhnya hati yang tuluslah harta yang saya idam-idamkan. hati yang mampu menerima saya apa adanya, dan bersedia menuntun saya untuk menjadi lebih baik lagi. Hati yang sabar dan mau meluruskan setiap kesalahan saya. hati yang tidak pernah letih untuk mengingatkan saya, tidak pernah letih untuk berada di samping saya.
Untukmu calon imam saya..
Saya tidak akan tergiur dengan seberapa kayanya orang tuamu, jadi kamu tidak perlu bersembunyi lama di balik ketiak mereka. Sesungguhnya tutur kata dan niat perjuangan kita bersama (nanti) itulah bekal harta yang paling menggiurkan. Tekad kuat kita untuk memulainya dari nol, tekad memberi tabungan terbaik baik lahir maupun bathin untuk anak-anak kita. itulah yang saya cari.
Untukmu calon panutan saya setelah ayah saya…
Dimanapun kamu berada…
Jika sedang sakit, semoga Tuhan memulihkanmu kembali.
Jika sedang sempit, semoga tuhan melapangkanmu lagi.
Dan yang terpenting:

“Jika kamu sedang berada jauh dari ajaran-ajaranNya, semoga Tuhan menyeretmu paksa untuk kembali (lagi).”

Tuhan.. pantaskanlah saya dengan sebaik-baiknya wanita agar Engkau menyandingkan saya dengan sebaik-baiknya pria.


untuk jawaban do’a saya (nanti)
ingatlah hati hari ini..

Tolong, jangan menangis lagi !

klik sumber gambar

“jangan menangis, saya mohon jangan menangis lagi”

               Mata itu panas. Selesai bercerita selalu berakhir dengan menangis. Setelah tercabik-cabik dengan kenangannya, setelah sesak yang begitu panjang dia selingi  dengan senyuman itu. Sekalipun saya tahu, itu hanya senyum seadanya, tidak seterbuka dan sebebas dulu. Iya dulu. Sebelum masadepan mencandainya begitu dalam. sebelum pahit dan nanar mengajarkannya hingga di dasar. Jangan terlalu di bawah sayang, mari bangkit !
               Setelah mimpi demi mimpi diberikan bertubi-tubi, seperti tidak pernah di ijinkannya celah kenyataan itu merenggut semua bagian dari hatinya. Setelah keyakinan di beri utuh tanpa sedikitpun celah untuk keraguan, sampai akhirnya di luluhlantakan oleh kebohongan. Disanalah kekecewaan berperan, mengambil alih kemudi, berputar, dan hilang kendali. Sudah tidak ada sepotongpun, ini berakhir dengan partikel-partikel hati yang sulit di rekatkan kembali. Tidak penah sedikitpun terlintas di pikirannya semua berakhir seperti itu. Takdir benar-benar sedang menggurui begitu dalam juga kejam. Menyeretnya jatuh dari semua bintang harapannya, tidak ada yang tersisa kecuali dirinya sendiri yang disadari masih rapuh.

               Saya benar-benar muak dengan semua janji-janji yang diucapkan mulut jalang itu. Semua mulut jalang yang tak pernah punya daya fikir bagaimana dan apa. Entah manusia macam apa yang harus di jatuhi sesal dahulu baru tahu rasanya “merasa bersalah”.Haruskah seperti itu ? haruskah ada korban dahulu, membuat jalan tangisan dulu, haruskah ada memar dulu ? kenapa ? tolong jangan pernah buat air mata lagi. Tolong!
               Saya ingin memeluknya dengan sepenuhnya, saya menggigil mendengar cegukannya. Terlalu sakit. Iya. Terlalu banyak janji yang harus dia tagih atau sekedar dia lepaskan tanpa harus mengikatkan dirinya. Tuhan, saya tak ingin melihatnya menangis. Dia terlalu baik, sungguh terlalu baik.
               Tahun yang berganti tak pula ikut serta mengobati luka itu. Sesayup kabar angin saja langsung meluluhkannya lagi, tak tersisa, jatuh ke titik awal, dan kembali menjadi tahun-tahun yang sia-sia. Tolong, jangan menangis lagi. Berapa kata yang dia ucapkan, kadang diselingi senyuman. Saya tahu itu hanya selingan kecil di tengah lolongan kesakitan itu. Saya tahu.
               Tolong, jangan buat dia menangis lagi.

           Bangkit untuknya begitu sulit, setelah dia berdiri dan berjalan beberapa inci kedepan, tolong jangan gugat dia untuk kembali, apalagi hanya untuk menangis. Jangan. Tolong jangan lakukkan itu. Lagi, Lagi, dan Lagi.

untuk kawanku, tolong jangan menangis lagi.
pelangi menantimu di depan, jangan berpaling lagi kebelakang.

The Right One

“jangan menikah karena mencintainya, menikahlah karena kamu merasa syurga Allah lebih dekat ketika bersamanya”

               Itu chapters of secret pembuka wacana pagi. Masih dengan kepulan asap di atas cangkir putih tulang itu. Mata yang masih terkantuk-kantuk di depan monitor yang 180 derajat lebih antusias. Mendung dan berkabut, seperti itu kota saya pagi ini. Saya penjelajah lini setiap pepatah. Menerobos lemah dan menuntas sudah jera. Namun alnya saya lebih di propagandakan oleh hasrat yang memakai imbuhan “cinta”. Mungkin saja. Tapi mendengarnya, rasanya ingin mencibir. Cikal bakal catatan romantis pagi pertama di bulan agustus ini. bersama sederet rutinitas juga rasa jenuh dalam kotak yang tidak pernah terisi penuh. Melampaui batas setengah saja sudah bersyukur. Setengah laginya biar bunyi Palu dariNYa yang memberi isyarat.
               Bagi saya, hati bisa di kemudikan. Bisa berhenti, melaju dengan kecepatan tinggi, melamban, atau mundur. Tergantung bagaimana padanan situasi. Setahun terakhir ini kotak itu kosong, tidak pernah terisi yang menjadi buah bibir anak-anak muda. Mungkin saya sudah jemu. Karena toh cinta dan mencintai hanya seperti rutinitas dan tuntutan hak dan kewajiban. Bagi saya cinta bukan hal pokok untuk sebuah rutinitas baru yang akan di abdikan. toh cinta bisa tumbuh, berkembang dengan pupuk yang tepat juga tempat yang tepat. Begitulah kiranya. kalo kata para pujangga si “cinta itu bisa datang karena terbiasa” yaa. Untuk itu, saya sering men-skat siapa yang harus masuk dan membiasakan diri dengan hidup saya, karena saya tidak mau memupuk bunga yang hanya akan jadi parasite di taman.
               Tuhan saya tau, bagaimana cara terbaiknya untuk memberi pelajaran atau mengajarkan. Begitulah simpulan yang pas saat kita bertemu dengan seseorang. Tidak semua orang yang kita temui bisa dijadikan “The Right One”. Mungkin saja Tuhan sedang mengajarkan kita bagaimana menghargai, mengasihi, mengikhlaskan, merelakan, dan sederet nilai positif lainnya. Semua punya kadarnya.    Itulah sebabnya pencarian panjang ini terjadi. Karena toh, hati akan lebih tau dimana sepantasnya dia berlabuh. Tetap buka mata, telinga, dan tentunya hati. Biar semua yang dirasa, dilihat, dan di dengarlah yang memberikan pertimbangan apakah “the right one” itu sudah ditemukan, atau justru masih perlu berlayar lagi ?
               Kebersamaan itu bukan hanya tentang sebuah “status” bukan juga tentang selalu ada dalam senang atau susah. Tapi juga tentang ketenangan, dan kemantapan hati. Yang saat di dekatnya, kita merasa damai. Yang melangkah bersamanya, kita selalu menuju kebaikan. Yang berbagi dengannya, menenangkan. Yang melihatnya, kita mendapat kemantapan tanpa perlu penjelasan. Masalah “cinta” itu akan tumbuh mengikuti dengan keterbiasan. Keterbiasaan yang menuju pribadi lebih baik lagi. Mungkin pertanyaannya Dimana ? dimana ? entah saya juga tidak tau pasti. Tapi selama anak-anak doa tak pernah patah, selama sujud dan petunjuk masih dalam jangkauan tangan menengadah, yakinlah kelak akan ada jawaban pasti.
diantara pagi yang masih seperti malam.
bersama sederet nama yang dibiarkan mengendap, hilang !

catatan senin pagi..

Kita ini manusia. Manusia yang tuhan percayakan untuk memerankan tokoh dan karakter berbeda di Bumi miliknya. Tidak pernah ada yang sama. Semua berhak jadi diri mereka. Tuhan juga tidak pernah banyak omong tentang pilihan yang akan kita ambil di sini, sekalipun Bumi ini miliknya, Dia tak pernah rewel. Hanya saja satu yang saya yakini, Dia akan memberikan akibat sesuai dengan pilihan kita sendiri. Menurut saya itu setimpal. Untuk saya pribadi, menjadi orang yang baik dan buruk itu bukan takdir tapi pilihan. Tergantung sejauh mana keyakinan kita pada sebuah kebaikkan yang akan memberi manfaat baik pula. Tapi ingat juga, tidak pernah ada kata sempurna dalam setiap orang. Kita bukan malaikat yang selalu baik, ramah, dan selalu tulus. Kita bukan nabi yang selalu bersabar dan juga memaafkan. Kita bukan Rasul yang selalu berada dalam jalur kebenaran. Kita adalah manusia yang kadang benar kadang salah. Tapi kebanyakan salahnya si. Kita punya batas buat setiap sikap, baik itu sabar, ramah, tulus, dan benar. Kadang kita merasa sudah melewati batas tertentu, padahal bukan masalah ketidakmampuannya ini hanya soal istirahat. Iya, saat berjalan panjang dan gersang, kita ingin menyerah dan selesai padahal itu bukan cara terbaik, justru yang kita butuhkan hanya istrahat sejenak.

ESOK

klik sumber gambar

Satu menit ijinkan duduk dan hanya termangu.
Tidak usah ada tangis atau tidak usah pula ada mimpi.
Cukup duduk saja.
Nikmati.
Yang lalu.
Pahami.
Semua kebinasaan.
Rasakan.
Teguk sesal sedikit.
Tidak perlu ada tangis.
Lalu kembali.
Tinggalkan.
Biarkan.
Cukup.
Semenit berlalu biarkan masih termangu.
Lalu kembali. Kalau sulit, seret saja.
Paksa kembali. Dan duduk lagi, disini.
Kali ini jauh maju. Seinci bahkan puluhan mil kedepan.
Lurus.
Berdiri.
Berhasil.
Tertawa usil.
Berbahak manja.
Selesai.
Bawa senyum itu kembali lagi, disini.
Jika sulit, semayamkan dalam kepalan tangan.
Semangat.
Esok pasti lebih baik.

nb: disela-sela keyakinan yang hanya tersisa beberapa lapis

Untuk kamu :)

Tak bisa di pungkiri, setiap orang dengan berbagai kehidupannya masing-masing dengan mengesampingkan baik dan buruknya di mata pihak ke-3 tetap menginginkan  hal terbaik dalam segala hal. Di dunia ini, kita berhak memilih peran seperti apa, drama yang bagaimana. Jadi baikkah atau jadi buruk. Keduanya punya dramanya sendiri. Tapi satu hal yang saya yakini, setiap pribadi tidak ada yang baik secara mutlak maupun yang buruk permanen. Setiap orang selalu punya sisi terbaiknya atau bahkan selalu punya kesempatan menunjukkan sisi terbaiknya sekalipun sudah menjadi menjadi syetan tinggal seberapa besar keseriusannya untuk merubah pola penilaian pihak ke-3 kepadanya.
Saya membuat note ini bukan untuk menjudge mereka yang buruk atau bahkan merasa saya lebih baik atau masuk predikat orang baik-baik. Tidak sama sekali. Note ini saya dedikasikan khusus buat seseorang yang mungkin sekarang sedang dalam perjalanan yang salah (mungkin) kiranya seperti itu. Atau saya harap saya hanya sedang memandangnya dari sudut berbeda.
Saya mengenalnya tidak utuh bahkan tidak pernah utuh. Banyak yang disembunyikan dari semua kehidupannya. Tapi karena saya seorang yang punya rasa ingin tahu yang kuat dan akhirnya saya mengetahui lebih dari yang ingin dia “saya tahu” maaf. Saya tidak bermaksud mengorek privasi dia. Saya hanya tertarik masuk kedalam apa yang ada dirinya. Saya ingin melihat sosok dia secara nyata bukan topeng lagi.
Untuk dia saya dedikasikan note ini. saya berharap kamu lebih baik, bahkan lebih baik dari saya. saya berharap semoga kamu cepat kembali kemana seharusnya kamu kembali. Ini tidak sulit, ini hanya masalah tentang sejauh mana kamu meyakini kebahagiaan bathin yang mungkin sudah lama hilang dalam diri kamu. Saya katakan, saya tidak akan menjudge kamu dengan semua kelakuan dan mungkin pilihanmu. Saya hanya ingin membantumu keluar, menemukan sisi baikmu lagi yang sering kamu gunakan di depan saya sebagai topeng. Saya ingin itu bukan hanya jadi topeng. Tapi itu dirimu baik di depan saya atau di belakang saya.

saya mencintai kamu dengan segala sisi burukmu yang saya harap masih bisa di perbaiki. Saya menerimamu dengan segala masalalumu yang saya harap tidak akan lagi kamu ulangi. Saya mencintai kamu lebih baik, dan menginginkan kamu jadi orang yang lebih baik.