You are nothing !

Aku sudah terbiasa bersembunyi dalam kecewa. Kuanggap biasa semua yang hampir menyakiti malah harusnya aku menangis tanpa berniat tertawa. Tapi bagiku kini, apapun biarlah terjadi bagaimana adanya. Aku tak lebih dari mengetahuinya. Tak berniat untuk merasa lalu meratapi dengan air mata. Aku hanya mencukupkan diriku untuk tau adanya. Bagiku tentangmu tak lebih besar dari masa kemarin. Tak kan pernah ada esok yang ku janjikan. Tak pernah ada nanti yang aku titipkan. Jangan hawatir, aku sudah terbiasa. Malah justru lebih kacaupun aku pernah merasa. Kali ini, ulahmu tak memberi efek apa-apa. Aku tetap bisa seperti biasa, tertawa tanpa di reka-reka. Dan bahagia tanpa merasa kamu tak ada.

klik sumber gambar

——————————————————–
Everybody knew you’re a liarEverybody knew you’re a playerEverybody knew you’re never seriousRisk your love at meAnd i tell you once again baby———————————————


@shintadutulityumtuk kamu yang gagal menyakiti


Heart Journey On Saturday


I would rather hurt myself
Than to ever make you cry
There’s nothing left to say but good-bye
You deserve the chance at the kind of love
I’m not sure I’m worthy of
(good bye – air supply )
   ( Lagu yang belakang jadi playlist rutin setiap pagi, siang dan malam. )

_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________

 Aku sedang tak mau banyak bicara. Entah aku kehilangan selera. Mengenai apapun. Aku sedang tak suka becanda. Aku sedang tak suka banyak bicara. Aku ingin diam saja. diamkan saja, aku. Memang aku sedang ingin menikmati sunyi. Sampai merasa benar-benar sendiri. Lalu terjerambab dalam sepi. Yang dulu aku benci karena sepi berhasil menemukanmu. Meskipun kamu sedang asyik di kota berbeda. Aku selalu berhasil menemukanmu. Dan aku tak suka. Tak pernah suka. 

Sekarang aku termakan lagi sepi. Tapi sunyi tak berhasil mengundangmu kembali. Diam tak berhasil membuatmu bicara. Kamu pergi terlalu jauh, atau rasaku yang sudah tak mampu.

Aku rindu. Hingga malam kubiarkan mengoyak semua memori tua. Aku rindu. Hingga mata kubiarkan terjaga begitu saja. Tapi kali ini aneh. Tidak seperti rindu yang bertahun-tahun belakang liar membuat sesak dada. Kali ini lebih lembut. Menyentuh malam. Menggetarkan bibir. Memaparkan doa. Untukmu. 

Aku tak tau apa rasa yang sedang berusaha aku sirnakan. Atau bisa saja aku pertahankan. Yang ku tau, aku tak begitu suka lagi mengingatmu. Aku tak begitu mudah lagi menemukan suaramu. Kamu menghilang. Tapi doa kebaikanmu tetap aku inginkan. Meski aku sudah tak ingin jadi yang engkau inginkan. Aku sudah cukup bahagia, menyediakan waktu malam untuk mendoakanmu. Menjadi wanita yang sepenuhnya ingin melihatmu tersenyum, bahagia. Dengan siapapun atau apapun yang membuatmu bahagia. Aku tak peduli. Asal kamu bahagia, cukup !

Klik Sumber Gambar

And I hope you find it,
What you’re looking for
And I hope it’s everything you dreamed your life could be
And so much more

And I hope you’re happy, wherever you are
( I Hope You’re Happy – Miley Cyrus )


__________________________________________________

__________________________________________________

Untuk Hati yang paling mulia.
ketika menjadi pecinta yang tak tau mau apa.
kecuali satu bahagianya yang menjadi tujuan nyata.

@shintadutulity

“Dari hatinya, aku bicara…” 12sept2015 (13:50)

Klik Sumber Gambar

“Dari hatinya, aku bicara…” 12sept2015 (13:50)

          Kita adalah satu. 
          Aku harap ini bukan hanya menurutku. Bukan hanya keyakinanku. Bukan hanya tentang penglihatan mereka saat kita bersama. Aku harap kita benar-benar satu. Sebut saja gagah. Lelaki jawa yang dengan gagah menyentil hidupku yang belakang hampa. Lelaki yang tau tatakrama yang dengan lembut mengajarkanku untuk berdiri lagi, saat sedang jatuh-jatuhnya. Aku fikir, aku hanya sedang terpesona. Kehadirannya yang tanpa sengaja membuatku enggan mengakui adanya. Kehadirannya yang pelan-pelan tak pernah luput dari lingkaran hidupku dalam keadaan susah maupun senang membuatku bergantung padanya. Dia Gagahku, yang benar-benar gagah memapahku. Menuntunku, menunjukkan arah rumah ternyaman untuk kami berdua. 
         Pelan-pelan aku menganggapnya lain, terlebih saat diapun mengutarakan hasrat untuk bersamaku slalu. Taukah, waktu seakan berhenti saat mengetahui Gagahku tersenyum karena ulahku. Taukah, betapa tenangnya aku saat bersandar dibahunya ?
        Selang waktu berlalu. Dan aku sadar, itupun sudah tak berlaku. Gagahku bukan lagi untukku. Aku sudah tak mau tahu apa yang menyebabkan dia pergi, karena nyatanya dia memang sudah tak lagi disini, menyemangati. Aku sudah tak mau ingat lagi cekcok ringan sampai hebat pada malam itu, yang ku tau dia pernah benar-benar tinggal disini. Melakukkannya dengan baik, pecinta yang sangat sempurna. Aku sedang tak ingin mengingat luka, apapun bekas pergimu. Sudah cukup aku menangis meski tanpa air mata. Sudah cukup aku mengecam meski dengan penuh cinta. Aku terlalu bahagia, hingga pergimu benar-benar hampir membuatku gila. Sudah, aku biarkan setahun membawa luka. Biarkan putih dinding menjadi teman setia. Biarkan malam mengais kasih yang sudah tak lagi setia. Aku ijinkan dia pergi. Apapun sebabnya, aku sudah tak ingin ambil hati. Bagiku baik dan buruk, sebabnya tetap mengundang air mata. Aku tak lagi mau tahu apapun dan bagaimanapun cara ia lupa, karena untukku tentang pergimu tak pernah membuatku tertawa.


  Kamu pecinta yang baik. Itu yang ku tau.  Kamu selalu ada, nyatanya memang begitu. Meski itu memang terjadi dulu saja. Yang ku tau, kamu selalu hadir membawa tawa. Lalu setelahnya jika luka yang kamu bawa, itu bukan kamu. Bukan kamu yang aku cinta. Karena yang aku cinta tak pernah ingin membuatku mengeluarkan air mata. Kamu adalah pahlawannya. Yang dengan gagah menuntunku dalam badai. Nyatanya memang begitu. Kamu seperti cahaya diantara gelap gulita. Kamu adalah orang yang menyemangati saat aku sedang jatuh-jatuhnya. Lalu jika sekarang justru yang membuatku jatuh adalah kamu, itu bukan kamu. Bukan kamunya yang aku yang senantiasa aku sebut dalam do’a.
 Aku bahagia memilikimu, jikapun sekarang aku terluka karena kehilanganmu, sekali lagi itu bukan keran kamu yang aku kenal.

Kini aku semakin sadar. Kamu memang pecinta yang baik. Paling sempurna diantara barisan lain yang sempat menimbulkan debar berbeda. Meski akhirnya kamu yang paling membuatku terluka. Ah sudahlah,,, aku benar-benar sudah mengijinkannya pergi. Bersama wanita pilihannya. Bersama wanita yang kini menjadi ibu anak-anaknya.
Ini catatan paling objektif. Tanpa luka ketika mengingat masa damai bersama. Meski hanya menonton film berdua sambil mencicipi masakan seadanya. Sekarang aku mulai berani lagi bercerita. Bercerita saja tanpa hasrat ingin mengulang. Bercerita saja tentang pria yang pernah dengan sempurna mencintaiku, bertahan dengan segala egoku. Biarkan aku bercerita tanpa cinta atau luka. Maaf untukmu yang sekarang sedang menggendong bayi perempuan. Aku tidak sedang marah atau dendam, aku sedang membanggakan ayah dari bayi perempuan yang mungkin sekarang masih belum bisa menyebutmu, Ayah. Aku membanggakan cinta dari pria yang sekarang sudah syah jadi imam perempuan sebrang. Sekali lagi izinkan aku bercerita…

Aku bahagia…

Saat pertama kali kamu menemaniku memasak sore itu. Membantuku mengiris bawang merah sambil terpedih-pedih. Iya itu kali pertama kamu memintaku memasak. Rendang. Itu makanan kesukaanmu. Dari jam 2 sore kamu sudah tiba di tempatku. Melepas jaket, dan langsung menyerbuku di dapur. Kamu tak menghiraukan kehadiran oranglain, kamu terlihat nyaman adanya. Sampai akhirnya kebiasaan itu berlangsung setiap akhir pekan.
Aku mulai menerima genggaman tanganmu kemanapun kaki melangkah. Aku mulai terbiasa dengan wangi parfummu. Aku mulai terbiasa dengan aroma bekas rokokmu yang tersisa di bajuku. Aku mulai benar-benar mengenalmu.
Aku nyaman bersamamu…
Yang ku tau itu. Hingga aku sudah tak lagi menyembunyikan rasa sedihku, hingga aku bisa dengan ringan menceritakan masalah hidupku. Aku berbagi semuanya, karena berbagi denganmu membuatku tau, aku tidak sendirian lagi sekarang. Ada kamu. Kamu yang sudah membebaskanku mengecek isi dompetmu. Membawanya, mengangapnya milikku saat kita jalan bersama. Kita benar-benar sudah terbuka. Dan aku benar-benar bahagia.
Kamu pahlawanku..
Itu yang aku sangat-sangat ketahui. Saat jatuhnya aku, dan saat benar-benar sendiri, kamu selalu datang. Lebih dari menyediakan pundak untuk bersandar. Kamu sempurna mengerti setiap marahku. Kamu sempurna mengalah dalam setiap tingginya egoku. Kamu sempurna menunggu dalam setiap ketidakperdulianku. Kamu sempurna mengertiku.
Jadi.. kalau sekarang mereka menghujatmu atas apa yang kamu lakukkan padaku. Jika mereka mengecapmu sebagai lelaki pengkhianat, aku membelamu didepan. Mereka tak pernah tahu, betapa baiknya kamu mencintaiku. Betapa sempurnanya kamu memperlakukanku. Hanya aku yang tahu. Meski sekarang kamu benar-benar sudah tak lagi sama. Kamunya aku, tetap pecinta yang baik. Jika sekarang berkhianat, itu bukan pengkhianatan. Tapi tugas, saat posisi cintaku bukan lagi prioritasmu. Jika aku terluka dan merasa tak lagi di bahagiakan, itu bukan karena kamu sudah membenciku. Tapi karena prioritas bahagiaku sudah bergeser. Terganti dengan gadis lain yang menurutmu lebih baik dan pantas.
Kamu pecinta yang baik. perlukah aku menjelaskan lebih detail tentang kebaikanmu ? hingga mereka mengerti bahwa kamu tak sejahat yang mereka fikir. Meski mungkin ada beberapa hari terakhir yang membuatku akhirnya menyesali pertemuan ini.

Ini hanya tentang tugas. Dan tugasmu ketika mencintaiku sudah cukup baik. Terimakasih sudah pernah mencintaiku. Mempertahanku. Membuatku istimewa. Terimakasih, pria yang sekarang sudah menjadi ayah dari perempuan cantik berinisial  A. 

_______________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________
Terimakasih sudah membaca. Ini hanya kelanjutan tentang cerita gagah. Kisah Kinar yang meminta dilanjutkan. Selamat berbahagia untuk Gagah dan Mawar. Mau tau lebih banyak cuplikan-cuplikan ceritanya baca di sini
Sekarang Kinar sudah Move up, sudah mendapat kehidupan barunya. meski bukan bersama gagah. Gagah tetap tokoh pecinta sempurna yang memiliki dua cinta wanita yang sempurna juga.
salam hangat^^
@shintadutulity

Pentingnya Etika

Belakangan ini saya sering menemukan beberapa orang yang becandaannya diluar batas. Atau mungkin kedekatan membuat sebuah etika kesopanan hilang. Contohnya masalah hidup yang jadi bawan becandaan, nagih hutang di sosmed, terus gak ada lagi istilah jaga perasaan orang. Semua dibuat wajar. Saya terheran, saya yang memang kurang bergaul atau terlalu sensitive terhadap situasi di sekitar.  Sekalipun kejadian ini bukan dialami diri saya pribadi, tapi saya merasa sangat unrespect terhadap orang-orang yang sama sekali menurut saya tidak tahu sopan santun.
Ibarat penampilan, tatakrama adalah pakaian kita. Yang dimana jika pakaian kita tertutup, sopan, maka orangpun akan segan berbuat usil terhadap kita, tapi jika penampilan kita urakan, selengean, makan orangpun akan dengan mudah mencemoohkan kita. begitupun dengan tatakrama, semakin kita menjaga sikap, tau batas mana yang boleh dan tidak, tau mana daerah privasi oranglain dan mana daerah umum, tau bagaimana harus bertindak dan bersikap, tau dan mengerti betul batas-batas dalam pergaulan, baik gerak fisik maupun psikisnya, baik lisannya maupun tulisannya. Maka oranglain pun akan segan terhadap kita, menghormati kita, menghargai kita, dan akan berusaha berkomunikasi dengan kitapun dalam bahasa yang baik. Gak mau kan kalo tiba-tiba di ajak ngobrol terus gaya ngobrolnya kayak kenek di terminal ? Gak mau kan di deketin orang terus gaya ngedeketinnya kayak ngedeketin anak malam yang doyan nongkrong di Club ?

Ingat ya gaess, kualitas diri kita adalah urusan kita. berpandai-pandailah dalam hal ini. Karena kualitas diri kita, menentukan bagaimana orang lain akan bersikap (bukan tentang status social).

Ini bukan tentang status sosial seseorang, ini adalah tentang bagaimana seseorang itu pandai mengenakan cover. agar terlihat mewah, menarik, sekalipun mungkin dalamnya dekil atau kusam.

Pertama, saya juga bukan orang berpendidikan tinggi. Saya juga lahir dari keluarga yang penuh dengan kesederhanaan. Tapi sejak kecil, kedua orang tua saya mengajarkan lengket tentang bagaimana harus bersikap. Mengajarkan dengan detailnya batas-batas mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Apa kebebasan membuat merekapun bebas bertindak apa saja sekalipun diluar zona haknya ? Apa dalih be your self membuat mereka ogah-ogahan jaga image dan cenderung tidak lagi mementingkan tatakrama ? entah saya tidak begitu faham. Mungkin Jakarta menjadi lingkuran sebab di mana kebebasan menjadi dalih tatakrama pudar.

Pernah sekali-kali saya memergoki teman yang gaya obrolannya seperti ke teman sebaya, padahal posisi lawan bicara jauh usinya diatasnya. Memakai bahasa tubuh yang sewajarnya dilakukan dengan teman sebaya. Saya sempat berfikir, kok bisa seperti itu ? bukannya sebagai yang lebih muda wajib memilah-milih bahasa mana yang pantas dilontarkan ketika lawan bicara lebih tua, sebaya, atau berada dibawah usia kita ? kenapa semua menyamaratan ? dalih kedua adalah “keakraban”. Mereka menyebut keakraban sebagai sebab dimana kita berhak menggunakan gaya bahasa yang katanya gaul. Keakraban membuat “jaga image” sudah tak diperlukan. Memang, saya akui. Jaga image yang berlebihanpun tidak membuat orang lain nyaman ketika bersama kita. Pun, jaga image juga diperlukan untuk memilah bagian keburukan diri kita mana yang harus tetap kita sembunyikan. Karena bagi saya pribadi, tidak semua hal tentang kepribadian kita di publikasi. Karena tidak semua orang bisa menerima. Malah akan sangat lebih baik, seiring keburukan itu disembunyikan juga dibarengi dengan perubahan kearah yang lebih baik. Mungkin sebagian akan menganggap saya bertopeng, so perpect, atau gak jadi diri sendiri. Pahami kita bebas menunjukkan diri kita seadanya dengan batas-batas kewajaran dan tentunya dibarengi etika.
Orang tua saya pernah berkata, 

“Yang menjadi pembatas pergaulan itu bukan level kekayaan, pendidikan, atau hal apapun yang dianggap punya nilai sosialitasnya, tapi etikalah batasnya. Maka sekalipun kita bukan orang kaya, tidak pandai, tidak berpendidikan, tapi tetap jaga etika, jaga tatakrama, sopan santun, agar dengan siapapun kita bergaul maka orang-orang akan menghargai kita.”

 jadi sedekat apapun dengan oranglain, orang lain tetap manusia yang punya perasaan.  Tetap punya zona pribadi. Hargai itu ya gaeeess….

Klik Sumber Gambar
Terimakasih sudah membaca.
ini hanya tentang kacamata saya pribadi, maaf jika ada kesalahan.
@shintadutulity