Don’t Expect too Much

Don’t Expect too Much, Because Too Much… You’ll Only Be Disappointed !

Kadang dalam beberapa keadaan, kita di dorong untuk berharap lebih. Sebagai manusia yang hidup dengan dua pertimbangan, hati dan fikiran, yang mana kadang keduanya menyuguhkan poin-poin plus hingga akhirnya kita berani mempertaruhkan seberapa persen dari yang kita miliki di meja judi. Judi kehidupan. 
Untuk cakupan harapan (ekspektasi ) bolehkah kita berharap besar ? Sebagai seorang muslim tentu kita tahu, bahwa apa-apa yang terjadi dalam hidup kita adalah tentang ke-ridho’annya. Baik dan buruk, besar maupun kecil, terijabah atau tertunda, tergantikan atau hilang sekalipun, segalanya adalah sah, ditandatangani langsung oleh yang Maha Pemilik Segala. Termasuk permilik Skenario Hidup dan segala tindak-tanduknya didalamnya.
Lantas, Bolehkah kita berharap lebih kepada seseorang ? 
Perasaan berharap, atau menaruh harapan besar kepada selain Allah hanya akan membuat kita kecewa. Kenapa ? Karena jelas hal/orang yang kita kasih harapan itu tidak memiliki hak apa-apa untuk merubah atau mewujudkan pengharapan kita. Justru yang punya akses terbaik adalah diri kita sendiri. Melalui doa. Melalui munajat. 
Jadi,, If you Expect too much… So, wait, You will take disappointed so much !

__________________________________________________________________________________

 If You Really want something ? Say  in your private time ( Do’a )

_________________________________________________________________________________ 

Pindah Kost 22 Juli 2016

Bismillahirrahmanirrahim…
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Mungkin sebagian akan kecewa. Bahkan yang paling besar adalah saya sendiri. Mengecewakan diri saya sendiri. Saya, orang yang tidak pernah menyukai perpisahan. Tidak pernah tertarik untuk mengucapkan salam perpisahan sekalipun disampaikan dengan kalimat baik-baik, pada akhirnya menelan bulat-bulat rasa tidak suka. 
Entah bagaimana mulanya, entah ini dorongan emang pengen banget “nabung” atau ada hal lain yang memberanikan diri untuk pada akhirnya melangkahkan kaki dari sweat kost, little home atau second home yang sudah menjadi tempat rasa rumah hampir empat tahun terakhir. 
Tempat buat saya bukan sekedar untuk melampiaskan segala bentuk kegiatan, bukan sekedar wadah pertemuan dengan berbagai orang, bukan sekedar objek terjadinya berbagai peristiwa. Bagi saya lebih dari itu. Tempat adalah sebuah alasan untuk pulang yang didalamnya tersusun dari beberapa partikel kenyamanan. Tempat adalah “rumah” meski mungkin tercipta di ruang terbuka. Tempat adalah “rumah” meski mungkin tidak terlihat karena bersemanyam dalam jiwa. Tempat adalah “rumah” meski mungkin adalah berupa wujud manusia.
Dan tempat yang tersusun dari partikel kenyamanan adalah tempat yang pantas untuk di jadikan tujuan pulang.


Jujur, ada rasanya bebas atau semacamnya yang menghadirkan bahagia luar biasa karena pada akhirnya saya bisa keluar dari zona nyaman demi sesuatu yang lebih baik. Tapi jujur pula, ada sebagian hati yang teriris. Mengingat banyak peristiwa di sini, banyak pembelajaran, banyak kerinduan, kebahagiaan, dan proses yang mengirim saya mengambil keputusan ini. Keputusan yang sebenarnya sudah saya inginkan sejak setahun yang lalu. 
Zona Nyaman ! Rumah kost ukuran 4 x 4 ini sudah menjadi alasan pulang selama hampir empat tahun belakang. Pulang untuk beristirahat dari rutinitas kerja. Pulang untuk menikmati waktu sendiri. Pulang untuk introspeksi sampai mungkin pulang untuk menangis. Pulang untuk tertawa dengan sanak-sodara atau teman-teman sekalipun hanya lewat layar pintar, pulang untuk mencoba menu baru hasil googling, pulang untuk mencicipi masakan ka selfi, Pulang untuk di ajak hangout sama Ka Merry, pulang hanya untuk duduk-duduk bosan menikmati sendiri, Pulang untuk bercerita panjang lebar dengan mba wati, pulang untuk bermain gitar dengan Corin (dulu), pulang untuk mendengar cerita ka Caca, Pulang untuk mendengar cerewetan ayu (dulu), Pulang buat denger sapaan ka Lia (dulu), Pulang buat sharing hasil bacaan novel seminggu dengan ka Hera, Pulang untuk di ceramahi Ka Diah (dulu), Pulang untuk mendengar ka Danti bercerita tentang diet mayonya, pulang untuk meminta ka dorin turun ke dapur masak spaggetti dan Pulang sekalipun hanya untuk menyunggingkan senyum lelah. Itu tujuan pulang selama hampir empat tahun terakhir.
Hidup memang selalu tentang perjalanan, yang dimana perjalanan selalu disertai perpindahan. Baik itu dalam bentuk fisik maupun psikis (klik).
Dan Hari itu akhirnya tiba. Jum’at 22 Juli 2016 (besok), saya harus mengepak semua barang. Memasukkannya kedus-dusnya, dan mengevakuasinya ke tempat baru. Untuk salam perpisahan sudah saya ucapkan tadi malam ketika kami berkumpul di ruang depan. Meski tidak seluruhnya karena kemarin malam hanya ada ka selfi, ka merry, dan Ka Caca. Ini akan saya rindukan. Duduk Malas, ditemani makanan-makanan kecil / buah dan yang penting obrolan-obrolan hangat dari mereka. Rencana wisata bersama, tentang masalah hari ini, diskonan terupdate, sepatu terbaik untuk muncak, dan harus tetap keep in touch.
Ini pilihan saya untuk keluar dari kehangatan mereka. Pilihan saya untuk menginjakkan kaki di tempat baru yang harapannya bisa lebih berhemat ( karena harga kost baru jauh lebih murah ), untuk memperbanyak teman dan…. Untuk hal lain yang entah apa.

( Birthday Ka Mery )
( dari  kiri ) Ayu, Ka merry, Saya, Ka diah, Ka lia & Ka selfi



 

Dan banyak lagi moment yang hanya cukup terekam kapasitas memori otak.
***

Dan inilah tempat pulang ke-dua. Second Home buat saya selama di Jakarta . Inilah tempat yang tersusun dari partikel-partikel kenyamanan. Tempat saya mematung sendiri dicandai takdir, menangisi malam, atau terbahak bahagia dengan kejutan Sang Illahi. Tempat berbagai kesimpulan menemui batas simpul terbaiknya. Tempat menyusun langkah-demi-langkah terbaik. Tempat…  i just wanna lying my bed. And that is life and I feel alive ! 





Maaf ! Saya Pernah Pacaran..

Bismillahirrahmanirrahim…
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Hidup bukan tentang sebuah tujuan, tapi sebuah perjalanan. Demikian setiap perjalanan terdiri atas beberapa rentetan peristiwa, beberapa kali persimpangan, dan beberapa kali kita dihadapkan dengan banyak orang yang saling bersilihan jalan.

Tak kiranya sepanjang perjalanan itu tubuh kita telah banyak mendzolimi orang lain. Lidah yang tak luput dari cacian, hinaan, kebohongan, atau sebatas senyuman sinis dan bahkan lebih parahnya lagi digunakan sebagai perantara menyampaikan fitnah. Tangan yang lebih banyak digunakan untuk menghardik mereka yang lemah, berbuat dzolim, atau menyembunyikan kebenaran. Kaki yang senantiasa diperintahkan untuk menjauh dari RumahMu, atau bahkan dijadikan perantara untuk melakukan banyak perbuatan nista dan dosa.

Ya Allah.. Betapa berdosanya. Betapa banyaknya orang yang terluka atas setiap perkataan, perbuatan, dan segala tingkah laku saya. Seiring bertambahnya kesempatan yang Engkau berikan untuk saya terus diruntun banyak KaruniaMu. Kesempatan untuk hidup, diijinkannya saya untuk masih menetap disini, diBumiMu, disamping orang-orang yang Engkau Ridhoi.

Klik Sumber Gambar

Untuk segala yang tertinggal dibelakang. Untuk segala tindak-tanduk yang penuh marah. Untuk segala beban yang menghimpit dada yang penuh dendam. Untuk segala caci yang terungkap atau yang tergenap hanya menjadi risau hari. Untuk segala prasangka buruk yang menjadi asal-mu-asal segala dendam dan marah. Saya Mohon Maaf. Saya Mohon Maaf atas diri yang berdosa. Saya mohon maaf atas hati yang penuh cela. Saya mohon maaf atas mulut yang merobek hati hingga penuh luka. Saya mohon Maaf.

Ini bukan Catatan Semata-mata memeriahkan Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah. Ini adalah Ibu dari Catatan-catatan saya sebelumnya.

Bismillah…

Saya bukan orang baik-baik. Jika terlihat baik dimata Kalian, itu atas Kebesaran Allah yang menutup Aib Saya sebegitu rapatnya.

Di catatan kali ini, ijinkan saya menyampaikan itikad baik untuk kedepannya. Dan semoga diberi keistiqomahan. Aamiin..

Sekali lagi saya bukan orang baik. Tapi saya ingin selalu berusaha untuk jadi orang baik. Sekiranya cukup untuk pantas mendapatkan Ridho dari Allah hingga Allah berkenan mengijabah semua do’a.

Untuk catatan yang pernah saya torehkan dengan penuh cinta atau bahkan murka. Cinta yang tidak hallal karena terjalin sebelum adanya ikatan syah di hadapan Allah. Cinta yang sembunyi-sembunyi karena tanpa ijab di hadapan orang tua. Dan saya akui, Saya pernah benar-benar mencintai seorang ikhwan bukan mahram. Saya pernah terjalin ikatan tidak hallal dengan lawan jenis. Singkatnya SAYA PERNAH PACARAN. Saya Mohon Maaf. Terutama maaf untuk imam saya kelak. Maaf karena saya tidak bisa menjaga hati hingga menjadikanmu yang pertama dan terakhir untuk menetap. Maaf.. Beribu Maaf karena pernah ada lelaki lain sebelum kamu yang saya perjuangkan mati-matian. Maaf… Beribu Maaf karena pernah ada lelaki lain sebelum kamu yang pernah saya cintai dengan sungguh-sungguh. Untuk semua kesalahan di belakang, Bolehkah Saya pada akhirnya memilih untuk sendiri sampai akad ? Bolehkah saya yang pernah pacaran ini pada akhirnya memilih jalur Taaruf untuk menjemput yang hallal ?

Saya tahu, tidak mudah mengambil jalan minoritas terlebih saya bukan ahli agama. Bukan perempuan dengan jilbab sempurna. Bukan Perempuan yang dinobatkan sebagai ahli syurga. Bukan perempuan yang mengundang kecemburuan bidadari-bidadari syurga. Bukan perempuan yang sering duduk di majlis mengikuti banyak kajian. Saya cukup sadar siapa saya. Saya cukup kenal baik atas diri. Tapi Ijinkan saya terus memperbaiki yang salah. Menghubungkan kembali apa-apa yang retak. Memungut segala yang berceceran. Saya ingin memperoleh RidhoMu ya Rabb.

Jika pada akhirnya saya meminta banyak bahkan berlebihan sedang saya hanyalah saya yang penuh kekurangan. Saya Mohon Maaf. Karena pada hakikatnya Saya tetap menginginkan imam yang baik dunia dan akhirat. Yang mampu memandu dan membimbing untuk memperoleh syurgaMu. Yang mampu menjadi panutan untuk anak-anak. Yang mampu menjadi sandaran gundah. Dan yang terpenting adalah yang bersedia dan ridho atas saya yang ingin memperoleh ridhoNya melalui ridho dirinya.

Aamiin !

 Jakarta, 11 July 2016 ( 10: 14 )
@shintajulianaa