![]() |
Klik Sumber Gambar |
Selamat sore kamu di kotamu.
Semoga selalu bahagia dan dalam kelapangan hati untuk mau terus mengerti.
Maaf aku akhir-akhir berhenti percaya. Kamu pasti tau, aku yang mudah terbawa salah. Hari minggu kemarin aku kemakan emosi, lebih lama itu timbul ego diri yang sulit untuk aku tahlukan. Aku berhenti percaya. Termakan banyak fakta. Ingin aku tanya agar semua lebih jelas adanya, tapi apa daya kita tak pernah diberi celah untuk saling memberi. Atau memang kamu yang tak mau ?
Hari itu sebelum aku melihat jempol kamu berkeliaran di salah satu postingan yang “ah” sebut saja aku tak suka kenapa harus dia. Bukan untuk mendikte, nyatanya aku timbul seribu tanda tanya yang mengungkungku dalam berjuta kemungkinan. Aku tak bisa dan tak mau satuhalpun dari prasangka burukku jadi nyata. Oke, baik. Kamu boleh menyebutku cemburu, childish atau apapun. Tapi aku benar-benar tak suka. Aku fikir semua akan berhenti hanya disitu. Hingga tiba saat aku bercerita dan mengambil garis besar dari semua peristiwa,
seseorang teman berkata ;
aku terlalu bodoh bertahan dan bersedia untuk membuka hati hanya untuk seseorang sepertimu. Yang tak pernah mau berkorban atau lebih menghargaiku. Kamu yang katanya tidak pernah punya perasaan istimewa, kamu yang tak pernah ada anggapan lain dengan adanya kita. Kamu yang hanya menyuguhkan harapan hampa hanya agar aku merasa terbang. Kamu yang katanya buruk untuk lebih aku perjuangkan.
Itu kali pertama aku tak suka. Aku tak suka dengan segala rasa yang aku biarkan tumbuh liar tanpa berusaha untuk aku punahkan. Itu untuk pertama kalinya aku benci semua yang pernah ada, semua kisah kita yang menuntunku untuk terus selalu suka. Dalam bahasa lebih kerasnya, itu untuk pertama kalinya aku benci sosok kamu. Yang tak pernah mau memberi hal berarti dalam ikatan pasti. Aku benci.
Sekali lagi aku tersungkur dalam lubang kebimbangan. Terlebih untuk maju dan berpaling lagi dengan pria lain atau terus seperti ini menikmati setiap fase yang kamu mainkan.
Maaf aku seterbuka ini disini. Tidak bisa bicara langsung atau bertanya langsung. Ini duniaku, dan disini aku bebas menuangkan apapun yang aku suka dan aku mau menulis kamu saat ini. semoga kamu tidak keberatan.Ini duniaku dan aku memang suka menulis menumpahkan apapun yang ku mau. penilaianmu atau mereka biar saja. aku ingin tak peduli.
Ingin aku hentikan jika memang ini hanya aku sepihak. Ingin sekali. Ini bukan kali pertama aku ingin berhenti. Hanya saja aku belum mampu. Kamu masih terlalu baik, dan aku belum begitu terluka. Coba Pergi dengannya, mungkin itu akan lebih mudah untukku bisa menerima. Biar kita hilang dan aku melanjutkan hidup tanpa sedetikpun kamu membayangi. Lakukkan itu, jika benar kamu tak pernah menganggap aku lain.
Aku tak bisa begitu saja berhenti hanya karena tegoran sepihak atau sakit yang masih bisa aku sirnakan. Kamu baik dimataku, Kamu tetap baik hingga kini sekalipun seribu orang kini memintaku untuk lebih memilih maju daripada mempertahankan kamu yang semu.
Bilang, Katakan, tunjukkan aku harus bagaimana…
Sakiti aku parah jika memang kamu ingin aku berhenti bahkan pergi. Kamu tau bagaimana caranya, kamu yang tahu bagaimana. Hingga harus aku mengepak semua kenangan, hingga mungkin aku harus mengubur semua mimpi dan harapan, hingga mungkin aku harus kuat untuk ditertawakan di belakang, dan jika kamu melakukkannya, kamu akan menghentikanku dengan pasti. Kamu akan kufikir mati karena menyakiti tanpa toleransi.
Ya. Aku yang mudah untuk kau sakiti. Sejak saat aku percayakan hatiku utuh untukmu. Kamu berhak melemparnya. Hingga berkeping-keping jika perlu. Agar aku lebih mudah untuk membenci.
Sekali lagi, aku tak mau segala prasangka burukku jadi nyata. Apalagi sampai hilang percaya.
Selamat sore kamu, dan semoga kamu diberi lebih untuk mengerti.
@shintadutulity
untuk soremu ada salam dari langit jakarta
kamu ditunggu disini 🙂