#Challenges 30 Hari tanpa MEDIA SOSIAL ( DAY-8 : How Lucky You Are.. )

How lucky you are..

Terbesit satu pernyataan yang cukup menampar sabtu malam kemarin. Saat aku terlalu peka buat hal-hal yang tak ku miliki, justru Allah ngasih petunjuk yang mana harusnya aku peluk erat. Yaitu, tentang apa yang sudah Allah berikan dan aku miliki sekarang. Kadang, terlalu mudah bagi kita menghitung berapa poin yang belum kita miliki, ngerasa iri dengan apa yang dimiliki orang lain, memperhitungkan baik buruk diri kita dan bertanya, “Kenapa si gue gak dikasih ini, padahal better gue ya.” And well.. kamu sama sekali  berasa merana dan jauh dari rasa syukur.

Saat buka mata, dan liat apa yang sudah aku miliki sekarang. Teman yang banyak, Sahabat yang sangat-sangat baik, Keluarga yang selalu ada dan pekerjaan yang cukup baik. See… How Lucky I’am.

Kadang kita memang cenderung menutup mata dari apa yang sudah kita miliki. Lebih banyak mengekor pada pencapaian orang lain. Padahal, kita juga tak pernah tau, apa yang sudah dia korbankan atas pencapaiannya. Yang kita lakukan hanyalah compare and compare. Padahal hidup ini bukan matematika yang perlu ada pembanding. Misal, saat kita melihat orang-orang yang sukses, yang kita lihat hanyalah rutinitas liburannya yang meyenangkan, keluarganya yang serba tercukupi kebutuhannnya. Apakah kita mau mengerti bagaimana suaminya bekerja keras untuk itu ? Bagaimana suaminya rela pulang larut malam, Bagaimana suaminya rela masuk kerja di tanggal-tanggal merah, Bagaimana dia harus memberi pengertian pada keluarganya saat acara liburan gagal karena ada kerja dadakan. Could you explain it 

Saat kita penuh dengan perasaan terpukau, melihat seorang anak yang cerdas. Mau taukah bahwa banyak dari waktu bermainnya dia gadaikan untuk kecerdasan itu ? Disaat anak-anak lain bermain games, dia harus membelanjakan waktunya dengan les-les tambahan. Saat orang tua yang lain memberikan hadiah-hadiah boneka besar, orang tuanya lebih memilih untuk memberikan buku-buku tebal. Could you explain it?

Jangan sampai, hanya karena satu yang kita mau belum tercapai, lantas menutup nikmat dari lima yang sudah kita dapatkan.

Jangan mudah iri terhadap pencapaian orang lain. Kalo usaha kita belum sebanding, kalo pengorbanan kita belum apa-apa.

Belajarlah untuk melihat semua dari dua sisi. Jangan hanya karena kamu suka satu sisi, jadi  melupakan sisi lainnya.

Dan.. belajarlah untuk bersyukur. Karena kamu beruntung dengan segala nikmat yang tak terhitung apalagi terukur.

Open my eyes, and See.. how lucky I’am have best friend like you !

******
Saat kamu dijadikan salah satu orang tempat berbagi.
Saat kamu dijadikan salah satu orang tempat untuk pulang.
Menjadi orang yang dicari, menjadi orang yang dianggap berharga 
dan adanya kita di syukuri. God, its more than alive. 
******
[Jakarta, 15 Mei 2017 (16:22)]
Untuk kalian semua, kalian beruntung. Sangat beruntung. Saat kalian merasa kurang beruntung, lihatlah kedalam, bukan keluar. Lihat dirimu, apa yang sudah kamu miliki. Jangan melihat keluar, lalu membandingkan kepunyaan orang lain. 

Kamu beruntung. Kamu beruntung dengan segala kekurangan kamu. Dengan segala masalahmu. Dengan segala yang kamu miliki. Kamu beruntung.

@shintajulianaaa
untuk bonita, semoga lancar sampai hari-H ya sama Defri.
dari teman main kelereng 15tahun lalu.

#satuharisatutulisan
#30haritanpasosmed


#Challenges 30 Hari tanpa MEDIA SOSIAL ( DAY-5 : TENTANG KETIDAKPASTIAN )

klik sumber gambar !
 

When You want to ask
Take a lot of explanation
But you know
You are only part of the unquestionable
(@shintajulianaaa, 12 Mei 2017 )

Jangan memberi nyawa pada amarah. Kali ini aku mengalah. Bukan karena kecewa yang tak cukup buat ku marah. Hanya.. aku tak ingin memberinya nyawa dengan drama-drama yang hanya akan memperparah.

Hari-hari tenang yang aku pilih belakangan. Membuat ruang ku cipta semakin terasa renggang, aku yang putuskan untuk mencukupi segala perasaan. Meski memang, mungkin segalanya akan berjalan perlahan. Meski mungkin perasaan tak sepenuhnya terbunuh oleh kekecewaan. Setidaknya.. aku hanya butuh penerimaan. Bukankah, berlari dari kebencian hanya akan membuat kita semakin dekat dengan kebencian itu ? Membawanya pada setiap waktu yang tumbuh di sela aktivitas, membuatnya tetap hidup dalam hari-hari yang kurangkai dengan harapan yang lebih baik. Dan.. aku tau, rasa itu tak akan mati hanya karena aku berlari. Dan.. rindu itu tak akan sirna hanya karena aku tak lagi ingin bertemu kembali . Dan.. kamu tak akan sekejap ku lupa, hanya karena aku sudah terlanjur kecewa.


Kejadian belakang yang ku ketahui benar, meski kamupun tak akan pernah tahu bahwa aku telah kau kecewakan. Aku harus apa ? Selain kembali menata hati yang telah kau buat berantakan. Meski tanpa kau sadar. Aku harus apa ? Selain bergegas memperbaiki suasana hati yang tak karuan. Aku yang lebih dari sekedar mengartikan semua ucapanmu. Tanpa kau sadari, aku menciptakan kamu di pikiranku. Aku harus apa  ? Selain menciptakan jarak antara kita. Meski mungkin itu tak cukup untuk aku terhindar dari luka. Aku harus apa ? Selain menyadarkan diri bahwa aku tak pernah benar-benar-benar ada di matamu. Apalagi lebih dalam dari itu.

Sejujurnya, kecewa ini kubuat sendiri. Luka ini kukorek sendiri. Aku harus apa ? Selain pergi atau berusaha tetap ada sebagai perempuan yang mungkin hanya kau anggap teman. Aku harus apa ? Selain berdamai dengan harapan-harapan yang kau buat remuk berantakan.

Rindu itu saling saut menyaut saat aku kembali memberi ruang pada maaf. Ruang introspeksi itu bukan menyulutkan fokusku untuk pergi melenggang, malah semakin menyeretku kembali. Rindu ini tak pernah mau tau bahwa penawarnya mungkin tak akan pernah memberinya wajah yang sama. Wajah yang memiliki rindu yang sama. Rindu ini tak pernah tau malu, bahwa rindunya tak akan berbalas. Rindu ini tak pernah mau tau, bahkan saat aku sudah merasa cukup untuk menyudahi.

Apa ini ? Selain kisah yang kuciptakan bertahun-tahun ? Selain kisah yang menuntut untuk disempurnakan ? Selain.. aku dan seribu ambisiku, aku dan hanya tentang aku. Aku yang berlebihan mengartikan, aku yang terlalu bodoh kau mainkan, aku yang kau tarik ulur sesuai kebutuhan ? Dan bertahun-tahun aku bertahan.. hanya agar kamu akhirnya memberi kepastian . Hanya agar akhirnya kamu mengungkapkan. hanya agar akhirnya kamu faham.

Tapi.. akhir yang baik untukku tak pernah datang. Justru yang terjadi malah kebalikan.
Pada akhirnya… kenyataan lebih dulu menyatakan jawaban. Pada akhirnya, kamu tanpa sadar menyiratkan. Memberi jawaban. Meski jauh dari harapan, aku akan mencoba memberi ruang pada penerimaan.

Marah itu perlahan meredup. Dan aku sadar… aku tak seharusnya menunggu yang tak pernah memberi kepastian.  Tak sepantasnya.

klik sumber gambar

Jika hari ini kamu bersamaku, itu bukan berarti esokpun akan sama. 
Jika hari ini kamu menghabiskan waktu denganku, bukan berarti kemarin kamu tak pernah dengan yang lain.
Jika hari ini kamu bilang bahagia disisiku, bukan berarti kamu tak bisa bahagia ketika dengan yang lain.
Jika hari ini kamu membuatku merasa satu, tak menutup kemungkinan satunya dari dua. 
Jika hari ini kamu memilihku, tidak menutup kemungkinan kemarin kamu pernah ingin memilihnya.
Jika hari ini kamu ada, bukan berarti esok masih sama.

Ketika kita masih tentang orang-orang tanpa ikatan. Pantaskah aku merajuk saat maumu tak sesuai harapanku. Jika kita masih tentang dua orang yang bebas dalam masa penjajakan, pantaskah aku membatasimu untuk berlabuh ditempat lain ? Jika kita masih tentang ketidakpastian, pastaskah aku mengikatmu begitu erat ?

Dan.. mungkin aku berlebihan. Tapi jikapun tidak, biar aku mencoba memberi ruang pada kecewa ini sendiri. Karena tak sepantasnya, segala ketidakpastian ini dibumbui dengan rasa marah yang berlebihan. Karena tak sepantasnya, segala ketidakpastian ini memberi hak banyak pada yang bukan wewenangnya. 

Ketika perasaan ini jatuh pada orang yang mungkin belum memiliki kesiapan. Ketika perasaan ini jatuh pada orang yang masih banyak keinginan. Ketika perasaan ini jatuh pada orang yang tak sanggup memberi kepastian. Ketika perasaan ini dan segala ketika yang lain ini jatuh padamu, lantas aku harus apa ? Adakah jalan lain selain mengemasi segala harapan lalu pulang.

*******************************
MENULIS DALAM RANGKA #ACCEPTCHALLENGES30HARITANPASOSMED
JANGAN TERLALU DI AMBIL HATI
INI CUMA TULISAN
BUKAN PENGALAMAN
********************************
@shintajulinaaa
lagi vakum sosmed dan lagi ikut tantangan
#satuharisatutulisan
#30haritanpasosmed

#Challenges 30 Hari tanpa MEDIA SOSIAL ( DAY-4 : TENTANG MENULIS )

Ketika menulis bagiku lebih dari aktivitas membuat tulisan indah. Ketika menulis bagiku lebih dari mengisi waktu luang. Ketika menulis bagiku lebih dari menerjemahkan perasaan. Ketika menulis bagiku lebih dari sekedar pulang. Ketika menulis memberi warna pada setiap cerita, saat itu aku telah berhasil menciptakan dunia.

Proses menulis bagiku seperti ritual. Membutuhkan tenang dan pikiran yang terbuka pada sekitar. Agar kepekaan bisa menangkap lebih banyak warna dari setiap kisah yang ingin kuceritakan. Karena aku ingin menulis yang bukan sekedar menyenangkan tapi menenangkan.

Memasuki usia 23tahun kemarin, aku memfilter banyak hal termasuk mengkotak-kotakan mana yang harus di tuangkan dan mana yang cukup sekedar di rasakan. Aku sedang ingin menulis segala hal-hal yang baik, jika mengenai sesuatu yang burukpun aku ingin disampaikan dengan baik. Lebih membentengi diri untuk tidak mengikuti nafsu, mengekalkan amarah dengan kata-kata yang membabi buta. Aku ingin jika pun marah, marahlah dengan elegan. Tanpa perlu menyakiti lagi banyak orang dengan kata-kata yang tak seharusnya di lontarkan.

Usia memang masih saja jadi batasan. Tapi tanpa batasan, mau jadi apa selain binatang.Usia memang harus selalu jadi pertimbangan, dalam setiap mengambil garis kelakukan.

Kadang.. aku ingin menulis hanya agar aku tenang. Meluapkan berbagai hal tanpa perlu memikirkan bagaimana efek kedepan. Tapi, bukannya tenang.. justru aku dijekar-kejar pertanggungjawaban atas rasa marah yang berlebihan. Apalagi jika diisi sumpah serapah dan kata-kata kasar. Rasanya aura negatif sudah mengental, sulit untuk di cairkan. Karena itu, aku memilih menulis dalam keadaan tenang. Biar isinya lebih bernilai. Kalopun tidak, cukup untuk ku baca lagi agar kembali tenang. Kalo isinya banyak marahnya, banyak negatifnya, ketika dibaca kembali, ya itu lah yang terbaca. Tulisan yang ditulis dengan kebencian, lalu diuraikan dalam kata-kata yang gak baik, enggak mungkin tahun depan berubah jadi tulisan yang ketika membacanya menenangkan bukan ?

Aku suka jalan-jalan ke blog yang isinya cerita sehari-hari yang ringan, tapi nilainya berbobot. Banyak nasehatnya. Aku suka membaca novel yang ketika membacanya, kita bukan hanya sekedar membaca cerita, tapi juga memperoleh pengetahuan. Seperti novel Ika Natassa yang berhasil membuatku melek sama kehidupan metropolis dalam skala internasional. Sama seperti novel Dee Lestari yang membuat kita melek sama kata-kata baru. Sama seperti novel Tere Liye, yang membuat kita sadar karena banyak nasehat-nasehat besar dalam ceritanya yang sederhana.

Ketika menulis adalah proses mengurai permasalahan, maka menulis butuh ketenangan. Agar mampu mendengar suara perasaan. Ketika gegaduh di luar tak bisa diredam, maka lebih baik memberi jeda pada letupannya. Jika hari ini belum tenang, tunggulah.. siapa tau besok apinya sudah padam.

Ketika hidup tak henti-hentinya berkaitan dengan segala permasalahan. Tak henti-hentinya memaksa untuk terus bergerak. Disamping semua itu, permasalahan dan kesulitan memaksa kita untuk terus berkembang. Bukankah kenyamanan tak akan pernah membuat kita berkembang ? Kenyamanan hanya akan meninabobokan, membuat kita terlelap di posisi yang sama; sukar bergerak.

Ketika menulis adalah proses mengenal perasaan. lalu diterjemahkan dalam pengenalan jatidiri yang panjang. Maka menulis bagiku lebih dari sekedar bercerita panjang lebar. Menulis adalah perjalanan meredam gejolak emosi. Menulis adalah proses mengurai permasalahan. Menulis adalah cara meluapkan perasaan dengan cara yang elegan. Maka, tidaklah salah jika aku disini sekarang.Menulis dengan tujuan, semua bisa terurai dengan baik. Dan esok lusa aku membaca kembali, aku melihat tembok-tembok tinggi yang aku bangun untuk menjadi batasan seorang perempuan dengan gejolak perasaannya.

klik sumber gambar
____________________________
You can find me,, 
You can knowing me..
You can see me..
more than when you look my eyes inside.
no other place, except here !
Read with your heart.
Read with your mind.
Read with you soul.
and.. Find me !
Jakarta, 11 Mei 2017 (18:58) 
______________________________
FYI, ini adalah salah satu tulisan dalam memenuhi #CHALLENGES30HARITANPASOSMED !

Not For READ !


Sometimes..
When you bener-bener butuh buat cooling down, rehatin otak kamu yang terus berfikir keras, memaksa ngambil satu benang merah yang sebenernya enggak perlu dipaksa pun benang merah itu membentang sendiri. But… you just need effort more. For what ? hanya untuk ngeyakinin diri kamu sendiri, bahwa memang ini yang harus di jalani. No other way. What should you do ?

Sometimes..
When you bener-bener mikir keras sampe keluar semua isi otak kamu, just for give more fight when you remember  many of reason to you still fighting. To you still stand here, no body beside or with. Yes.. jejelin semua fikiran positif. Makin banyak ngunyah yang namanya kata “Yes, This is me. And I can do more.”
Konon,,, Tubuh yang mengandung banyak cairan di dalamnya itu lebih mudah dipengaruhi oleh apa yang kita masukan dalam fikiran. Semakin banyak fikiran positif yang masuk, maka tubuh kitapun akan menerima efek positif. Dapet dari mana ini ? dari temen yang waktu saya cerita panjang lebar, dan she just smiling and say.. “yang elu masukin itu pikiran negative, otomatis efeknya juga negative. Enggak jelas. So mulai belajar drive dirilu sendiri, buat mengatur asupan terbaik buat tubuh elu. Biar hasilnya juga baik.” Enggak banyak pembicaraan lagi. I just try that quote, just for lesson myself.


so ?

Ya.. jadi sekarang lebih ke keep fight dengan cara ngebangun focus terbaik buat hal-hal yang emang bermanfaat kedepan. Jejelin tuh banyak plan, plan a, b, c….z. For what ? biar air dalam tubuh saya mencerna, banyak target bermanfat dari sekedar memikirikan, menangisi, atau menyingkirkan kerikil. Lhoo kok kerikil enggak di singkirkan ? yaa.. bagi saya pribadi, biar saja kerikil itu ada di bawah. Kalo missal masih kecil, jalan terus. Kalo ngalangin jalan terus rupanya batu besar… jangan disingkirin. Karena batu itu ada disana karena proses alam. Ataupun karena tangan jahil manusia, biar saja. Panjat kalo bisa. Anggap saja ini bagian dari proses.

Jadi ini mau dikasih judul apa ? pengalihan focus.

Sometimes..
You need more rehat buat diri kamu sendiri.  Ya enggak bisa dipungkiri, bangun jiwa yang tetep adem ayem sekalipun di tiup angin beliung, atau bangun benteng yang kokoh biar gak roboh, itu gak mudah. Bikin planning dan grow with it itu gak mudah. Jadi untuk saya pribadi dan agar diinget kedepannya ya.. lebih baik ngumpulin macam-macam buku bacaan, baca deh sampe mata puyeng dan capek banget. Jadi gak ada waktu buat push diri kamu lebih ke hal-hal yang gak ada manfaatnya. Lagi puyeng dan jenuh sama plan a.. take plan b and for me plan B “read novel”.

Sometimes, kok isinya Cuma sometimes and sometimes. Ya, karena manusia juga isinya kadang-kadang semuanya. Baik itu story nya atau ya apapun yang dirasain nya juga bersifat sementara, kadang-kadang.
Okeh… Big note buat diri saya sendiri di catatan ini adalah :

“Ketika mulut punya andil banyak, I choose DIAM. Semoga diam melapangkan, sehingga dapat menampung segalanya hanya dalam DIAM”.

What you called is ?
Sabar ?
Same with it.
talk less, feel it and grown more
__________________________________________________________________________________
Ya, Big note banget buat diri sendiri, : ini pengalihan fokus pas lagi try to cooling down dan enggak panas-panas banget ya, jadi enggak banyak lagak nya la… satu lagi, yang dijejelin, ini quote dari temen saya lagi…

 “Nanem baik itu perlu, terus aja nanem.. kita nanem baik itu buat kita sendiri, buat amal juga sama Allah, masalah balesan dari orang itu urusan dia sama Allahnya. Urusan dia dengan tanamannya sendiri. Bukan sama kita.”

Jadi,,, terus berusaha lebih baik ya, keep istiqomah. Kalo sebelumnya pernah salah, pernah nanem buruk, mungkin yang saya alami juga adalah buah taneman saya dulu. ASAAAAALL… Jangan diulangi. Terus bertumbuh kearah yang lebih baik ya shin 🙂

Sekalipun kadang syaitan juga menghasut pikiran kita untuk sudah merasa lebih baik padahal diam di tempat.

Big note lagi ya for myself..

“ketika kita nilai sesuatu itu salah, coba deh kamu ganti kacamatanya.”

And Last…

 “Saya dilahirkan sebagai penikmat bukan sebagai hakim, jadi enggak punya hak buat menilai sesuatu secara berlebihan.”

Don’t Expect too Much

Don’t Expect too Much, Because Too Much… You’ll Only Be Disappointed !

Kadang dalam beberapa keadaan, kita di dorong untuk berharap lebih. Sebagai manusia yang hidup dengan dua pertimbangan, hati dan fikiran, yang mana kadang keduanya menyuguhkan poin-poin plus hingga akhirnya kita berani mempertaruhkan seberapa persen dari yang kita miliki di meja judi. Judi kehidupan. 
Untuk cakupan harapan (ekspektasi ) bolehkah kita berharap besar ? Sebagai seorang muslim tentu kita tahu, bahwa apa-apa yang terjadi dalam hidup kita adalah tentang ke-ridho’annya. Baik dan buruk, besar maupun kecil, terijabah atau tertunda, tergantikan atau hilang sekalipun, segalanya adalah sah, ditandatangani langsung oleh yang Maha Pemilik Segala. Termasuk permilik Skenario Hidup dan segala tindak-tanduknya didalamnya.
Lantas, Bolehkah kita berharap lebih kepada seseorang ? 
Perasaan berharap, atau menaruh harapan besar kepada selain Allah hanya akan membuat kita kecewa. Kenapa ? Karena jelas hal/orang yang kita kasih harapan itu tidak memiliki hak apa-apa untuk merubah atau mewujudkan pengharapan kita. Justru yang punya akses terbaik adalah diri kita sendiri. Melalui doa. Melalui munajat. 
Jadi,, If you Expect too much… So, wait, You will take disappointed so much !

__________________________________________________________________________________

 If You Really want something ? Say  in your private time ( Do’a )

_________________________________________________________________________________ 

Pindah Kost 22 Juli 2016

Bismillahirrahmanirrahim…
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Mungkin sebagian akan kecewa. Bahkan yang paling besar adalah saya sendiri. Mengecewakan diri saya sendiri. Saya, orang yang tidak pernah menyukai perpisahan. Tidak pernah tertarik untuk mengucapkan salam perpisahan sekalipun disampaikan dengan kalimat baik-baik, pada akhirnya menelan bulat-bulat rasa tidak suka. 
Entah bagaimana mulanya, entah ini dorongan emang pengen banget “nabung” atau ada hal lain yang memberanikan diri untuk pada akhirnya melangkahkan kaki dari sweat kost, little home atau second home yang sudah menjadi tempat rasa rumah hampir empat tahun terakhir. 
Tempat buat saya bukan sekedar untuk melampiaskan segala bentuk kegiatan, bukan sekedar wadah pertemuan dengan berbagai orang, bukan sekedar objek terjadinya berbagai peristiwa. Bagi saya lebih dari itu. Tempat adalah sebuah alasan untuk pulang yang didalamnya tersusun dari beberapa partikel kenyamanan. Tempat adalah “rumah” meski mungkin tercipta di ruang terbuka. Tempat adalah “rumah” meski mungkin tidak terlihat karena bersemanyam dalam jiwa. Tempat adalah “rumah” meski mungkin adalah berupa wujud manusia.
Dan tempat yang tersusun dari partikel kenyamanan adalah tempat yang pantas untuk di jadikan tujuan pulang.


Jujur, ada rasanya bebas atau semacamnya yang menghadirkan bahagia luar biasa karena pada akhirnya saya bisa keluar dari zona nyaman demi sesuatu yang lebih baik. Tapi jujur pula, ada sebagian hati yang teriris. Mengingat banyak peristiwa di sini, banyak pembelajaran, banyak kerinduan, kebahagiaan, dan proses yang mengirim saya mengambil keputusan ini. Keputusan yang sebenarnya sudah saya inginkan sejak setahun yang lalu. 
Zona Nyaman ! Rumah kost ukuran 4 x 4 ini sudah menjadi alasan pulang selama hampir empat tahun belakang. Pulang untuk beristirahat dari rutinitas kerja. Pulang untuk menikmati waktu sendiri. Pulang untuk introspeksi sampai mungkin pulang untuk menangis. Pulang untuk tertawa dengan sanak-sodara atau teman-teman sekalipun hanya lewat layar pintar, pulang untuk mencoba menu baru hasil googling, pulang untuk mencicipi masakan ka selfi, Pulang untuk di ajak hangout sama Ka Merry, pulang hanya untuk duduk-duduk bosan menikmati sendiri, Pulang untuk bercerita panjang lebar dengan mba wati, pulang untuk bermain gitar dengan Corin (dulu), pulang untuk mendengar cerita ka Caca, Pulang untuk mendengar cerewetan ayu (dulu), Pulang buat denger sapaan ka Lia (dulu), Pulang buat sharing hasil bacaan novel seminggu dengan ka Hera, Pulang untuk di ceramahi Ka Diah (dulu), Pulang untuk mendengar ka Danti bercerita tentang diet mayonya, pulang untuk meminta ka dorin turun ke dapur masak spaggetti dan Pulang sekalipun hanya untuk menyunggingkan senyum lelah. Itu tujuan pulang selama hampir empat tahun terakhir.
Hidup memang selalu tentang perjalanan, yang dimana perjalanan selalu disertai perpindahan. Baik itu dalam bentuk fisik maupun psikis (klik).
Dan Hari itu akhirnya tiba. Jum’at 22 Juli 2016 (besok), saya harus mengepak semua barang. Memasukkannya kedus-dusnya, dan mengevakuasinya ke tempat baru. Untuk salam perpisahan sudah saya ucapkan tadi malam ketika kami berkumpul di ruang depan. Meski tidak seluruhnya karena kemarin malam hanya ada ka selfi, ka merry, dan Ka Caca. Ini akan saya rindukan. Duduk Malas, ditemani makanan-makanan kecil / buah dan yang penting obrolan-obrolan hangat dari mereka. Rencana wisata bersama, tentang masalah hari ini, diskonan terupdate, sepatu terbaik untuk muncak, dan harus tetap keep in touch.
Ini pilihan saya untuk keluar dari kehangatan mereka. Pilihan saya untuk menginjakkan kaki di tempat baru yang harapannya bisa lebih berhemat ( karena harga kost baru jauh lebih murah ), untuk memperbanyak teman dan…. Untuk hal lain yang entah apa.

( Birthday Ka Mery )
( dari  kiri ) Ayu, Ka merry, Saya, Ka diah, Ka lia & Ka selfi



 

Dan banyak lagi moment yang hanya cukup terekam kapasitas memori otak.
***

Dan inilah tempat pulang ke-dua. Second Home buat saya selama di Jakarta . Inilah tempat yang tersusun dari partikel-partikel kenyamanan. Tempat saya mematung sendiri dicandai takdir, menangisi malam, atau terbahak bahagia dengan kejutan Sang Illahi. Tempat berbagai kesimpulan menemui batas simpul terbaiknya. Tempat menyusun langkah-demi-langkah terbaik. Tempat…  i just wanna lying my bed. And that is life and I feel alive ! 





Maaf ! Saya Pernah Pacaran..

Bismillahirrahmanirrahim…
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Hidup bukan tentang sebuah tujuan, tapi sebuah perjalanan. Demikian setiap perjalanan terdiri atas beberapa rentetan peristiwa, beberapa kali persimpangan, dan beberapa kali kita dihadapkan dengan banyak orang yang saling bersilihan jalan.

Tak kiranya sepanjang perjalanan itu tubuh kita telah banyak mendzolimi orang lain. Lidah yang tak luput dari cacian, hinaan, kebohongan, atau sebatas senyuman sinis dan bahkan lebih parahnya lagi digunakan sebagai perantara menyampaikan fitnah. Tangan yang lebih banyak digunakan untuk menghardik mereka yang lemah, berbuat dzolim, atau menyembunyikan kebenaran. Kaki yang senantiasa diperintahkan untuk menjauh dari RumahMu, atau bahkan dijadikan perantara untuk melakukan banyak perbuatan nista dan dosa.

Ya Allah.. Betapa berdosanya. Betapa banyaknya orang yang terluka atas setiap perkataan, perbuatan, dan segala tingkah laku saya. Seiring bertambahnya kesempatan yang Engkau berikan untuk saya terus diruntun banyak KaruniaMu. Kesempatan untuk hidup, diijinkannya saya untuk masih menetap disini, diBumiMu, disamping orang-orang yang Engkau Ridhoi.

Klik Sumber Gambar

Untuk segala yang tertinggal dibelakang. Untuk segala tindak-tanduk yang penuh marah. Untuk segala beban yang menghimpit dada yang penuh dendam. Untuk segala caci yang terungkap atau yang tergenap hanya menjadi risau hari. Untuk segala prasangka buruk yang menjadi asal-mu-asal segala dendam dan marah. Saya Mohon Maaf. Saya Mohon Maaf atas diri yang berdosa. Saya mohon maaf atas hati yang penuh cela. Saya mohon maaf atas mulut yang merobek hati hingga penuh luka. Saya mohon Maaf.

Ini bukan Catatan Semata-mata memeriahkan Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah. Ini adalah Ibu dari Catatan-catatan saya sebelumnya.

Bismillah…

Saya bukan orang baik-baik. Jika terlihat baik dimata Kalian, itu atas Kebesaran Allah yang menutup Aib Saya sebegitu rapatnya.

Di catatan kali ini, ijinkan saya menyampaikan itikad baik untuk kedepannya. Dan semoga diberi keistiqomahan. Aamiin..

Sekali lagi saya bukan orang baik. Tapi saya ingin selalu berusaha untuk jadi orang baik. Sekiranya cukup untuk pantas mendapatkan Ridho dari Allah hingga Allah berkenan mengijabah semua do’a.

Untuk catatan yang pernah saya torehkan dengan penuh cinta atau bahkan murka. Cinta yang tidak hallal karena terjalin sebelum adanya ikatan syah di hadapan Allah. Cinta yang sembunyi-sembunyi karena tanpa ijab di hadapan orang tua. Dan saya akui, Saya pernah benar-benar mencintai seorang ikhwan bukan mahram. Saya pernah terjalin ikatan tidak hallal dengan lawan jenis. Singkatnya SAYA PERNAH PACARAN. Saya Mohon Maaf. Terutama maaf untuk imam saya kelak. Maaf karena saya tidak bisa menjaga hati hingga menjadikanmu yang pertama dan terakhir untuk menetap. Maaf.. Beribu Maaf karena pernah ada lelaki lain sebelum kamu yang saya perjuangkan mati-matian. Maaf… Beribu Maaf karena pernah ada lelaki lain sebelum kamu yang pernah saya cintai dengan sungguh-sungguh. Untuk semua kesalahan di belakang, Bolehkah Saya pada akhirnya memilih untuk sendiri sampai akad ? Bolehkah saya yang pernah pacaran ini pada akhirnya memilih jalur Taaruf untuk menjemput yang hallal ?

Saya tahu, tidak mudah mengambil jalan minoritas terlebih saya bukan ahli agama. Bukan perempuan dengan jilbab sempurna. Bukan Perempuan yang dinobatkan sebagai ahli syurga. Bukan perempuan yang mengundang kecemburuan bidadari-bidadari syurga. Bukan perempuan yang sering duduk di majlis mengikuti banyak kajian. Saya cukup sadar siapa saya. Saya cukup kenal baik atas diri. Tapi Ijinkan saya terus memperbaiki yang salah. Menghubungkan kembali apa-apa yang retak. Memungut segala yang berceceran. Saya ingin memperoleh RidhoMu ya Rabb.

Jika pada akhirnya saya meminta banyak bahkan berlebihan sedang saya hanyalah saya yang penuh kekurangan. Saya Mohon Maaf. Karena pada hakikatnya Saya tetap menginginkan imam yang baik dunia dan akhirat. Yang mampu memandu dan membimbing untuk memperoleh syurgaMu. Yang mampu menjadi panutan untuk anak-anak. Yang mampu menjadi sandaran gundah. Dan yang terpenting adalah yang bersedia dan ridho atas saya yang ingin memperoleh ridhoNya melalui ridho dirinya.

Aamiin !

 Jakarta, 11 July 2016 ( 10: 14 )
@shintajulianaa
 

HORE ! Lima Tahun Nge-BLOG

Assalamualaikum..

Selamat Pagi Bloggers, Selamat hari Jum’at di Minggu Pertama bulan Juni. Selamat pagi juga untuk langit-langit Jakarta yang sedikit terlihat gundah karena mentari masih malu-malu untuk mengeluarkan seluruh bagian tubuhnya. 

Hm, Mulai dari mana ya. Oke, mungkin tulisan kali ini lebih mengarah ke pembicaraan dengan diri sendiri. Teringat bulan ini, Juni adalah bulan dimana saya untuk pertama kali memutuskan Ng-blog sekitar  lima tahun lalu (tulisan pertama sudah kedelete). Masih berdomain di julianashinta.blogspot.com dan masih dengan nama yang sama sejak hampir 23 tahun yang lalu “SHINTA JULIANA”. 

Awalnya blog ini berjudul SENI KEHIDUPAN mengingat saya menulis segala kemelut rasa, baik itu secara fiksi maupun fakta, segala rasa sedih, bahagia, kecewa, patah, optimis, bangga dan rasa lainnya yang menjadi komposisi yang pas untuk dijuluki sebuah kehidupan. Waktu pertama kali saya menulis blog sekitar tahun 2011 lalu, Usia saya masih 18 tahun. Sesuai dengan usia, tulisan sayapun seperti remaja kebanyakan. Pokoknya kalo misal di review ulang suka bikin ketawa sendiri. Tapi, bagaimanapun itu tetap karya dari rasa yang saya alami waktu itu. Baik rasa yang benar-benar ada atau hanya buah dari cerita pihak ke tiga. Seiring waktu berjalan, pribadi perkembang, blog sayapun turut berubah sedikit demi sedikit. Mulai dari gaya bahasa, cara penulisan sampai ke pengolahan konten, semua menjadi saksi perkembangan pribadi saya tahap demi tahapnya. Beberapa tahun yang lalu, saya mengubah judul blog menjadi “SHINTA’S ROOM” karena kebanyakan dari tulisan isinya tentang kehidupan disekitar saya. Tentang pengalaman teman, pengalaman saya pribadi, atau tentang siapa saja yang ada di fikiran saya.

Mengalami Pasang Surut.
Seperti kegiatan lainnya, ngeblog juga ada pasang surutnya. Kalo lagi semangat-semangat, banyak ide buat nulis, waktu juga mendukung, terus fikiran juga mendukung, sebulan bisa mencapai sepuluh atau lebih postingan. Tapi, kalo mood lagi down, ide banyak tapi stuck enggak tahu mulai dari mana, waktu juga gak mendukung buat feel free di depan pc, ya bisa jadi dalam sebulan tidak ada postingan sama sekali. Atau tulisan hanya bersarang jadi draft yang ceritanya menggantung. 

HOREEEE ! Lima Tahun Nge-BLOG !

Alhamdulillah… walaupun Nge-Blognya angot-angotan, isinya gak karuan, pengunjungnya itu-itu aja atau bahkan minim banget pembacanya, tapi Blog ini sudah berjalan selama lima tahun.

Kenapa si Tetep Nge-blog ?
Dari kecil saya suka menulis. Menulis apa saja. Menulis ya bukan penulis. Kalo penulis harus punya pembaca, kalo menulis cukup punya kegiatan tanpa perlu pembaca.  Dari kecil, saya suka menulis baik itu puisi, cerpen, suka ngayal juga. Misal kalo lagi denger lagu mantan terindah khahitna, coba membayangkan diri sendiri ada di posisi seperti di lagu itu. Atau misal denger cerita temen yang di selingkuhin, muncul fikiran “kalo saya seperti itu, gimana ya?” dan terus memposisikan diri jadi siapapun yang saya inginkan. Tapi sayang, saya bukan pencerita yang baik. Jika mendengar sebuah kisah, lebih nyaman dituangkan dalam sebuah tulisan dari pada harus di dongengkan. Nah, Jadi bisa disimpulkan bahwa, “apa yang saya tulis di blog ini tidak melulu tentang kisah saya.”

Sebelumnya saya pernah membahas alasan kenapa tetap Ng-BLOG disini, tapi cuma poin besarnya aja si. Ya intinya, jika suatu hari nanti, entah beberapa tahun kedepan dari sekarang ketika saya membaca kembali tulisan saya, saya bisa kembali mengingat meski mungkin sensasi rasanya sudah berubah, tapi  ingatan tidak bisa di elakan menuju kemana tulisan saya ketika menulisanya.

Mengenai pembaca, buat saya pribadi itu bukan hal yang dinomor satukan. Karena saya menulis, saya Nge-Blog itu lebih ke untuk diri saya pribadi. Ya tapi jika ada pembaca yang menyukai tulisan saya, itu lebih dari senang juga si. Hehehe..

Jadi, tulisan ini mengarah kemana ?

Tidak mengarah kemana-mana. Hanya menikmati euforia mengingat Blog saya sudah berjalan Lima Tahun.  

Harapan Kedepan.
Semua orang pasti punya harapankan ? sama saya juga punya harapan tentang blog saya kedepannya, meskipun saya cuma blogger amatiran. hehe.. Amatiran soalnya isinya gak ada juntrungannya. Ketika orang lain sibuk fokus ke tema blognya, misal temanya tentang travelling, maka isinya fokus (kebanyakan) tentang travelling. Jika temannya tentang Life Style, maka isinyapun tentang life style. Tentang kuliner ya isinya tentang kuliner juga. Nah, Terus Blog saya kiblatnya kemana ? Entah lah.. Nano-nano gitu deh.

Fiction [ Cerpen dkk ] — Draft [ monolog, dialog, puzzle novel yang masih bersarang di otak ] — Travelling [cuma itungan jari] — Re-View [Care and Beauty] Tips & Trik — dan kebanyak personalnya.

Harapannya si, semoga kedepan tulisan saya lebih berkembang ke Berbagi Informasi atau kalopun fiksi ya lebih berbobotlah. Pokoknya pengen  ada gunanya lah ketimbang isinya curhat gak jelas. 

Oh ya.. satu lagi yang kepengen banget saya tambahkan di setiap postingan saya. Yaitu Konten Gambar yang hasil tangan saya sendiri. Jadi enggak perlu nyomot dari google. OOOH… pengen jago gambar juga. Entahlah… dari sejak TK, saya tidak dianugerahi bakat menggambar. Kalopun menggambar, di benak saya hanya gunung segitiga dua buah, yang tengah-tengahnya ada matahari muncul, lengkap dengan awan dua buah kanan kiri dan burung terbang dua buah. Tak terlewatkan juga, beberapa petak sawah di samping jalan raya yang ujungnya menyempit. Titik. imajinasi saya dalam pengolahan gambar hanya berkisar pemandangan umum. Teruuuus, gimana mau jago ngegambar pake software kalo ngegambar di buku gambar aja masih kayak anak TK. Oke.. wassalam deh buat harapan yang ini. Huhuhuu..

Padahal suka banget, kalo pas lagi blogwalking nemu blog yang ada meme-memenya gitu ( bukan nyomot dari mbah google ). Tapi apalah daya, saya cuma bisa ngiri sambil berbisik pada diri, “Kapan ya saya bisa ngegambar?”

Gak terasa Bloggers, tulisan tanpa arah ini uda memuat beberapa paragraf. Cukup panjang juga si. Jam di depan saya juga sudah menunjukkan jam 11 siang. Uda cukup lama juga ya percakapan ngalor ngidul ini. 

Yaa… sampai sejauh ini, terimakasih buat yang sudah membaca, sudah ikut andil merealisakin — saya jadi blogger abal-abal— dengan postingan cukup banyak tapi kebanyakan gak berbobot dan minim pembaca. Terimakasih kepada teman, kawan, sahabat, buku-buku dan lagu-lagu yang sudah menjadi bahan tulisan saya.     

Sekali lagi…

Selamat. ANDA SUDAH NGEBLOG SELAMA LIMA TAHUN, SHIIIIIIN ! HOREEEEEEEEE

 See You soon Bloggers

@shintajuliana
sedang dalam tahap perbaikan diri.    

 

Selamat Menikah Mba Puji & Mas Edi



Bismillahirahmanirrahim..

Telah menikah “PUJI ASTUTI” dengan “EDI PURWANTO” pada tanggal 15 Mei 2016.

Alhamdulillah..

Alhamdulillah..

Terjawab sudah satu pertanyaan. Terlihat dengan jelas sudah nama partner menuju syurga Allah.

Ya.. Dia Suamiku.

Ya.. Dia Imamku.

Ya.. Dia pembimbingku untuk meraih Ridha”

Puji Astuti ( 15 Mei 2016 )

By Shinta Juliana

STAFF PHI-JAKARTA ( Tidak semua, hanya sebagian. Lapaknya enggak cukup atau kitanya yang ribet. heheehe)


———————————————————————————————————–

Lima tahun sudah saya mengenalnya. Tidak sedikit kepelikan menyingkapi setiap jalannya. Jatuh bangun untuk menggenggam mahkota dari sebuah kata yang katanya “cinta”. Banyak hal, pelik. Saya cukup tau bagaimana wajah itu tergempur habis bom-bom takdir lima tahun lalu. Semua harapannya hancur , berkeping-keping. Bahkan yang lebih parah, dia sendiri yang harus memungut puing-puing reruntuhannya. 
Saya pernah menulis kisahnya pertama kali  ( di sini ).  Saat itu takdir tanpa aba-aba mengkacaubalaukan mimpinya, hingga dia kehilangan kemudi. Hilang arah. Terpontang panting tak tahu menahu kemana harus di arahkan. Bukan ! bukan tak tau. Lebih tepatnya dia kehilangan kendali. Terlalu meyakini hal yang bukan menjadi bagian dari haknya. Itu terjadi 5 tahun lalu. Dengan sisa-sisa keyakinan dia bangkit. Tidak sebentar. Butuh waktu lama untuk menetralisir lukanya. Butuh waktu lama untuk berdamai dengan dirinya. Dan butuh waktu yang lama untuk kembali mempercayai “harapan”nya. 
Tapi, Bukankah Allah mengijinkan sesuatu terjadi dalam hidup kita atas maksud yang baik ? Bukankah setiap petaka yang menurut kita mengundang seribu duka itu dibaliknya terdapat suka yang kemudian membuat lupa akan rasa rasa dukanya ? Bukankah pelangi yang indah hanya datang setelah badai ? Dan bukankah Allah selalu punya rencana baik untuk orang-orang yang sabar dan ridho atas segala ketetapnnya ?
Saya melihat itu sekarang. Saya melihat garis takdir indah setelah badai hebat itu di barisan kisah hidupnya.  Titipan Allah yang Maha Indah. Takdir Allah yang Maha Bijak. 

Allah Berfirman dalam QS. An-Nur Ayat 26:
“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik.” ( QS. An Nur:26 )

Ya allah menjanjikkan bahwa akan selalu ada wanita yang baik untuk lelaki yang selalu memperbaiki diri. Begitupun dengan sebaliknya. 
Perjalanan kisah mba puji, terlempar dan dilempar dari yang dia kira pelabuhan tempat terbaik untuknya pulang. Tapi setiap fasenya dia gunakan untuk terus memperbaiki diri. Banyak hal berubah dari dirinya jika dibandingkan 5 tahun yang lalu. Dari lebih sabar, lebih kalem, lebih lembut. Semua perubahan itu mengarah kearah yang positif. Hingga takdir mempertemukannya dengan mas Edi yang tak lain adalah orang yang dia kenal sepuluh tahun yang lalu. Lihat ? bukankah mudah baginya menjodohkan mereka di awal jumpa ? kenapa harus ada perjalanan sepuluh tahun, baru kemudian dipersatukan ?   Semua ini bukan karena sebab. Bukan tanpa rencana indah. Bukankah Allah menyatukkan jodoh dalam waktu yang tepat ?? Allah memberikan waktu sepuluh tahun untuk keduanya saling memperbaiki diri. Hingga takdirNya berjalan dengan begitu sempurna. Subhanallah.

Dear Mba Puji..

Selamat membangun “rumah” baru..

Rumah yang semoga didalamnya dilimpahkan rahmat, anugerah, dan ribuan berkah dari Allah..

Selamat berwisata..

Semoga Syurga menjadi tempat terakhirnya..

Aamiin..
@shintajulianaa
HWD Mba Puji Astuti 

Dear Tika…

Tuhan yang baik..

Untuk kebeberapa kalinya aku kembali merasa bersyukur atas smua pemberianMu. Ya, sahabat. Sahabat yang selalu mengajak untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Sahabat yang tak hentinya mengingatan banyak hal tentang hal-hal yang tidak disukaiMu dan sunnah-sunnah yang sangat disukaiMu.

Tuhan yang tak pernah salah atas semua firman-firmannya, yang mana perempuan baik untuk laki-laki baik dan begitupun sebaliknya.

Kemarin malam, aku berbincang panjang dengannya, tentang rencana pernikahannya yang insyaallah akan di laksanaan pada tahun ini. Entah aku yang tau bagaimana awal mulanya, aku yang banyak terlibat dalam semua script pencariannya hingga pada akhirnya memutuskan berlabuh di hati pria yang tak lain adalah teman semasa belianya.

Tuhan,,, aku benar-benar bahagia untuknya.
Dia perempuan baik-baik dan pantas bersanding dengan pria baik-baik.
Dan janjimu benar adanya, tak pernah salah, tak pernah meleset walau seinci.

Dear Tika Azasi..
Semoga Allah selalu menyertai semua rencana baikmu.
Semoga Allah dan ridhonya bersama sayap-sayap harapanmu.

Ini mungkin tidak akan menjadi note panjang seperti note-note sebelumnya. Maaf, aku sedang tidak punya banyak waktu luang. Terlebih ini tanggal-tanggal tua. Aku hanya ingin menulis gemericik syukur atas bahagiamu. Meski sedikit, meski semenit, aku tetap ingin menjadikan kamu bagian dari beberapa tulisan blog ini, meski kecil, meski tak banyak.

Dear Tika…

Lahirkanlah putra-putri yang shaleh dan shalehah. Semoga kesabaran selalu menyertaimu atas semua hujatan “hijrah” mu dari mulut-mulut usil yang tak pernah mengenalmu.

@shintajulianaa
23 Feb 2016
Note di tengah situasi kejepit, ribut, riweuh.