Hati-hati sama Jempol !

https://www.youtube.com/watch?v=G7bmRiolA5I
JEMPOLMU, IDENTITASMU !

“Hati-hati sama jempol”. Posisinya masih sama duduk didepanku, tangannya bersidakep, dan bibirnya tersenyum jahil. Temanku yang satu ini suka memulai omongan berat dengan sunggingan senyum khasnya. Senyum khas anak SMA yang masih doyan ngeledek teman sebangku pake nama Ayah.

“Eh,Maksudnya?” sontak Aku bertanya. Temannya yang kala itu sedang mengaduk kopi langsung terhenti dan langsung menatapnya. Begitupun Aku yang sedari tadi asyik membuka feeds instagram langsung menghentikan aktivitas.
“Iya jempol Kamu. Jangan sampe orang salah menilai Kamu hanya karena jempol Kamu itu”. Aku masih tak faham dengan maksudnya. Dan Diapun berceloteh panjang menjelaskan.

         Jempol. Sebagai user dunia maya, kita  pasti mengerti bahwa “jempol” bertebaran sebagai tanda suka terhadap sebuah postingan yang dibuat oranglain. Entah itu jempol bertebaran atas dasar memang kita menyukai postingan tersebut, atau sebagai ajang penghargaan karena kita mengenal orang yang mempostingnya. Temanku bilang, bahwa setiap gerak-gerik Kita bisa mencatat satu nilai diri. Saat jempol kita bertebaran pada yang bukan seharusnya, maka khalayakpun dibuat tahu bahwa Kita penggemar hal-hal seperti itu. 
             Sebut saja saat Kita doyan menyukai postingan-postingan quote pernikahan, maka akan ada segerombolan orang yang berpendapat bahwa Kita lagi ngebet banget nikah. Saat kita rajin menyukai postingan tentang kesedihan atau kegalauan, maka akan ada segerombolan orang yang melabeli kita barisan orang-orang galau. Memiliki rasa yang sama seperti isi postingan tersebut. Dan bagaimana jika Kita doyan menyukai gambar-gambar tidak senonoh di sosmed ? Atau bagaimana jika jempol kita sering nyangkut di akun-akun 18+ ? Tanpa Aku jelaskan, Kamu pasti bisa mengerti apa yang akan orang lain fikirkan tentan itu.
               Memang, apapun yang Kita lakukan baik dan buruk akan selalu  ada komentar miring. Tapi selagi Kita bisa mencegah, why not ?
“Emang Kamu gak gerah kalo misal nih Kamu niat diseriusin sama orang tapi misal orang itu masih demen banget like foto-foto selfie cewek atau lebih parah foto sexy. Gimana ?”

            And then, Aku sepimikiran sama temanku. Saat kita ingin dijaga perasaannya, ingin dijaga pandangannya, Maka hal pertama yang harus Kita lakukan adalah memulai yang Kita inginkan itu pada diri kita.
            Dan setelah percakapan itu berakhir, Aku mendapat pelajaran berharga. Jaga jempolmu biar kelak jempolnyapun dijaga buat menghargai posisimu. Mungkin banyak orang yang akan bilang ini berlebihan. Tapi bagi diriku sendiri, membangun personal branding itu penting. Dan aku tidak ingin dikenali dengan hal-hal negative yang menempel pada diriku.
Ngelike boleh, jempol berkeliaran boleh, asal tau mana yang perlu diberi jempol dan mana yang cukup diabaikan.
Mengenai inipun berlanjut pada chat malam hari dengan temanku lagi.
“Shin.. Masa Aku liat doi suka ngelike’in foto begituan. Padahal Do’i kan. Ah you know lah ya. Apa karena posisi udah married ya shin”.

Intinya sih, Selagi kita bisa membuat hal-hal yang baik-baik biar dikenali baik dan siapa tau didekaki orang baik, Kenapa harus acuh tak acuh tentang ini ?
Ini bukan tentang ‘Be Your Self’, karena ‘Be Your Self’ yang baik harus di ikuti dengan ‘Ya, Aku begini tapi aku akan berusaha untuk menghilangkan sifat burukku minimalnya diminalisir agar kelak menuju baik’.

Cukup sampe disini sharing nya, Semoga bermanfaat. See you~~

Berawal dari Malam yang tanpa Wacana !

Setiap pertemuan pasti ada maksud tertentu. Entah itu berupa faedah atau mudarat, tergantung bagaimana kita meracik pertemuan itu.Jadi racunkah, atau jadi obatkah ? Setiap pertemuan itu menghasilkan peristiwa yang akan berkaitan dengan peristiwa lainnya, membentuk sebab akibat yang menentukan bagaimana kita kemudian. 
 Cerita ini bermula dari ajakan teman lama untuk ngumpul bareng di filosofi Kopi Melawai, berlanjut ke Gulai Tikungan Belakang Mall Blok M Plaza dan berhenti di Tenggo Food Street Pondok Indah. Pertama kali kumpul, langsung 3 destinasi.
Awalnya Aku agak ragu menerima ajakan dari Meila kala itu. Selain ini acara dadakan, kebetulan bebarengan dengan ritual malam Mingguku yang diisi dengan nonton Thai Movies sampe tengah malam. Menonton Thai Movies bagiku adalah refreshing jangka pendek yang lumayan bisa memperbaiki mood sepulang kantor di Hari Sabtu (Catet ! sabtu masih ngantor ). Ceritanya yang lucu penuh komedi yang disajikan dalam drama sederhana namun dibungkus dengan apik, mampu membuat Thai Movies menjadi tontonan wajib setiap sabtu malam. Setiap orang pasti punya jalan masing-masing untuk menghilangkan setres kan ? Nah buat Aku pribadi nonton drama Thailand adalah obat mujarab buat memperbaiki mood.
Untuk kali itu, aku mengikhlaskan beberapa film yang baru di download siang tadi dengan lancarnya berkat XL di situs lk21 seperti fabulous 30, One day, Back to the 90s, cat a waab,  yang  di pending sampai minggu malam. Download film sebanyak itu kuota apa kabar ? Alhamdulillah kuota Aku baik-baik aja tuh sekalipun sering banget download film kapasitas besar. XL emang provider yang paling mengerti Kami barisan tukang download film.
 Dengan perasaan setengah hati akhirnya Aku bergabung bersama Meila, Dinda, Idan, dan Singgih malam itu. Selain karena Thai movies yang aku tinggalkan, Akupun enggak begitu dekat dengan Mei, Dinda, dan Idan. Lain halnya sama Singgih yang sudah beberapa kali hangout bareng Aku, Tika, dan Haris.Tapi atas dorongan rasa gak enak karena Aku sudah berkali-kali menolak ajakan kumpul dari Mereka, Akhirnya malam itu, Aku bisa mendorong tubuh ini bergabung bersama Mereka.
Malam itu suasana mendukung banget buat yang mau jalan-jalan keluar. Angin bertiup sepoi-sepoi, rasi bintang Orion di sebelah barat  jelas terlihat dengan mata telanjang. Ya, malam itu Tuhan memberikan jatah langit cerahnya pada Kami. Padahal jujur Aku ngarepnya Hujan biar bisa jadi alasan mangkir.
Aku termasuk orang yang susah nerima orang baru, dan gak banyak ngomong kalo belum kenal dekat. Jadi berasa di dalam jaring aja kalo lagi sama orang-orang yang belum begitu deket. Tapi, gimana mau deket, kalo Aku sendirinya juga menutup diri. Yasudahlah… akhirnya Aku bergabung dengan Mereka seusai magrib. 

“Ih shinta mah sombong asli, susah banget diajak kumpul”. Celetuk Singgih yang mungkin bisa dibilang paling akrab denganku daripada yang lainnya saat itu.
“Lagi sibuk apa Shin sekarang?”Tanya mang Idan sambil memotong martabak special dari Tenggo.
“Eh iya, kamu tuh bikin brand hijab ya, mau atuh sih”. Lanjut Dinda kemudian
“Masih dalam tahap percobaan Din, Aku juga lagi butuh artis endorse, followers Kamu sama Mei kan lumayan ya di IG, boleh atuh Aku endorse. Sesama teman mah Gratiskan?” Begitulah obrolan mengalir. Sampai suasanapun menjadi cair. Aku mulai menikmati cerita mereka, leluconnya, sampai akhirnya bisa terbahak mendengar cerita salah satu dari Mereka. 

Kedekatan Kami terutama Aku dengan Mereka dimulai dari Tenggo Food Street Daerah Pondok Indah, yang disusul dengan banyak jadwal hangout setiap akhir pekan di kemudian hari. Pertemanan aku, dinda, Mei, membawa manfaat ke bisnis kecil-kecilanku. Begitupun dengan pertemananku dengan Mang Idan yang membawa manfaat ke ajang seru-seruan alias bagi-bagi humor penghilang setres walaupun isinya lempar-lempan lelucon konyol.

“Eh Foto-foto Yuk”.
“Sing keceh atuh kali aja di endorse”.
“Singgih fotoin ih biar hits kayak kamu”.
“Pengenlah di foto sama kamera terFujilah”.
“Pengenlah di foto sama anak Hits MNC”.
“Deuh.. pengen sih foto OOTD mang”.

Dan banyak lagi celetukan-celetukan ringan setiap Kami kumpul. Tapi celetukan yang aku sebut di atas, tak pernah Alfa di setiap pertemuannya. Mungkin Cuma mang Idan yang paling cool diantara kami berlima saat itu. Yang Cuma berkomentar
“Terserahlah kemana aja aku mah”.
“Ikut baelah, sok bae”.

***
 Jadi inti dari cerita ini adalah : 
 Jangan terlalu menutup diri dalam bergaul, kita tak pernah tau “manfaat” apa yang akan diberikan dari teman sepergaulan. Pun jangan terlalu terbuka dalam bergaul, kita tak pernah tau, “mudarat” apa yang akan diberikan dari hasil pergaulan. Yang terpenting, drive pribadi kita untuk terus menjaga ukhuwah dengan jalur-jalur yang benar. Tanpa kita sadar, banyak hal baru yang bisa kita pelajari dari teman sepergaulan. Dari ceritanya, dari kisahnya, dari pribadinya. Banyak ketidaktauan yang akhirnya mendapat asupan pengetahuan sehingga ilmu kita bertambah karena berawal dari dialog-dialog ringan dengan seorang teman.
Jangan pernah menyepelekan interaksi. Dan.. jangan pernah membatasi diri untuk terus memulai hal-hal baru. Karena kita tidak tau, interaksi dan hal baru mana yang membawa kita pada perubahan lebih baik.
       Caption—>  IG @Shinjuku.id  march 15

Jodoh Pasti Bertemu

JODOH PASTI BERTEMU!

Kadang kita merasa ada pada batas ujung, sampai sulit membedakan mana putus asa atau memang pasrah lillah karena ikhlas.
Dalam perjalanan ini, kita sama. Sama-sama ingin saling menemukan. Tapi, bisakah kita menemukan tanpa saling membuka diri ?
Ini bukan tentang kriteria. Jikapun Maumu yang cantik, pintar, & kaya. Maka, Aku hanya bagian dari remahan itu semua.
Ajari aku untuk menjadi baik. Karena akupun, ingin berusaha selalu menjadi istri dan ibu yang baik untuk rumah kita dimasa nanti.


📌Jakarta, 3 July 2017

***

“Tung, kayaknya gue nikahnya lama deh”. Ucapnya memecah sunyi. Kira-kira lima menit setelah aku selesai bercerita tentang masalah pekerjaan kala itu. Aku sempat tersedak. Aku tahu kemana arah pembicaraan ini, dan Aku tak ingin melebar ketopik yang pada akhirnya membuat perasaan kami sama-sama tak menentu.

“Apalagi gue bon“. Cukup kujawab sampai disana.

“huhu.. Gue masih kuliah, masih panjang. Masih banyak pengennya, ini itu. Masih pengen gawe, yaelah masih kieu-kieu bae”. (kieu-kieu bae = Gini-gini aja )

“Tapi gue khawatir bon, takut lama”. Akhirnya Akupun terpancing berbicara banyak. Mengalir seperti air, deras seperti perasaan kala itu.


“Kita sama  deh kayaknya”. Itu kiranya simpulan percakapan yang tak ingin tersentuh namun akhirnya membuncah lebih dari seharusnya. Mengambil lebih banyak waktu dari pada topik yang lainnya.

Ciputat, 7 November 2016
         Utung adalah panggilan sayang Bonita padaku sejak kita masih duduk di bangku Sekolah. Dan itu. Kira-kira itu potongan percakapan aku dan teman kecilku di Sorabi Teras November 2016 kemarin.  Bercengkrama dalam rangka Aku yang butuh tempat cerita dan Dia yang lagi pengen banget makan serabi. Lama gak bertemu, membuat bahan percakapan makin banyak. Mulai dari masalah kerjaan yang gak kelar-kelar, cerita masa lalu, keluarga, masa depan, masa kecil, dan sampai ke hal-hal berat.
         Aku mengenalnya bukan dalam waktu yang singkat, begitupun dengan Dia. Kita teman satu SD, beda SMP, satu SMA, dan satu perantauan. Dia yang humble, tentu berbeda denganku yang agak sulit menerima orang-orang baru. Kadang Aku ingin seperti dia yang gampang bergaul. Eh tapi ternyata, diapun ingin sepertiku yang setia. *asyik setia ceritanya* Manusia oh manusia, emang suka gitu kali ya.
         Waktu bergulir begitu cepat. Aku yang kini terlepas dari hal yang semula Aku jaga baik, dan Dia yang akhirnya terikat oleh sesuatu yang lebih pasti. Lantas dimana salahnya ? Mungkin Allah masih ingin Aku belajar menerima yang baru lalu melepaskan  yang kujaga baik dengan cara yang ikhlas. 
          Namanya juga jodoh, Bonita yang waktu itu ngomong menunda nikah, hari ini tepatnya 2 july 2017 dikhitbah oleh seorang lelaki asli Jakarta. Dan mungkin itu yang namanya jodoh. Gak ada rencana, gak pernah terbayang sebelumnya, tau-tau datang begitu saja atas kehendakNya.
         Dan Aku sendiri sudah ada di fase capek dengan siklus gitu-gitu aja. Boleh dibilang fase pedekate, fase pengenalan, fase baik-baiknya, dan sampai di fase memperbaiki hati kembali pada akhirnya. Kejadian yang berkali-kali bikin hati Aku bener-bener capek, sampai pada akhirnya Aku cuma bisa bilang, “Yaudahlah gimana Allah aja, Aku ikutin aja mauNya”.
         Dulu sempet aneh sama orang yang ngomong “capek” sama perasaan yang gak nemuin ujung. Buat Aku sendiri yang kala itu mungkin masih menikmati setiap fase sekalipun tanpa kejelasan. Menikmati setiap rasa, momen, meskipun tanpa pembicaraan masa depan. Dan sekarang bener-bener berasa ketampar sendiri. Oh, Jadi ini ya yang dibilang capek sama fase ketidakpastian. Sampe nyari kesibukan sana-sini, sampe nyari temen sana-sini, sampe bener-bener jenuhnya bikin nangis. Sebenernya bukan karena ingat atau pengen ngulang yang lalu, cuma rasanya pengen banget ngomong, “Ya Allah,, Udahlah temuin segera. Enggak mau salah orang lagi”.
       
         By the way, kenapa juga harus ngomong panjang lebar kayak gini ya, padahal ini harusnya catatan yang berisi letupan kebahagiaan karena Sahabat kecil Aku pada akhirnya bertemu dengan jodohnya. Setelah lama bekelana, lebih jauh dan lebih dalam dari pada aku yang masih gini-gini aja.
Ah sudahlah mari kita akhiri catatan kali ini. Pada akhirnya, curhatan masalah seperti ini akan dijawab “Jodoh pasti bertemu kok, shin…”
Akan datang seseorang yang mampu menerima mu dengan baik.
Akan datang seseorang yang mampu memaklumi dengan baik.
Tak perlu berubah jadi orang lain.
Tak perlu takut untuk membuka diri.
Kelak akan ada yang datang dengan kesungguhan.
Dengan segala kepastian.
Menemui walimu.
Meminta ijin menikahimu.
Meminta ijin membahagiakanmu.
Meminta ijin memilikimu.
Kelak.
Dan, Jika tiba saat itu.
Kamu hanya bisa terharu.
Bahagia dan Syukur jadi satu.
Dan sakit itu, sekejap kamu lupa.


Jakarta, 3 July 2017

Perkenalkan.. ‘MY NEW PROJECT’


‘Kau tau yang paling sulit dalam hidup ini bukan memulai, tapi menuntaskan.’ Itu bukan  kata-kata semata. Karena pada nyatanya, kita berani memulai namun belum tentu bisa menuntaskan apa yang sudah kita mulai.
***
        Oktober 2016 lalu, Saya menggarap project baru dengan nama “Shinjuku Hijab” . Mimpi menjadi seorang wirausahawan sejak dini atau mungkin lebih beken lagi di kenal dengan sebutan entrepreneur. Keinginan diri timbul saat pertama kalinya mengikuti seminar di bilangan Jakarta Barat dengan pemateri seorang founder website onlineshop yang cukup maju kala itu (tahun 2014). 
         Sebelumnya saya pernah bercerita sedikit tentang ini di postingan berikut ‘FOLLOW YOURDREAM’  dan baru bisa dieksekusi sekitar November 2016 lalu dengan me-launching-kan produk perdana dengan tema self manufactured
—————————————————————————————————————-
[ Bagi yang mau melanjutkan membaca, siapkan katung kresek sebanyak-banyaknya, bahasanya agak kurang ramah di mata. Banyak kalimat, yang minta di gebukin ramai-ramai.]
——————————————————————————————————————
         Ada yang bilang, “Mimpi tanpa rencana itu tak berguna, sama halnya rencana tanpa langkah sama saja buang-buang waktu, dan langkah tanpa  eksekusi sampai finis, itu sama saja dengan pecundang”.

Setiap orang selalu punya keberanian untuk bermimpi, ingin menjadi ini, ingin menjadi begitu, sampai ingin menjadi begini-begitu. Untungnya sampai peradaban manusia millennium ini, tidak ditemukan pasal atau aturan pasti tentang larangan bermimpi. Sehingga setiap orang masih dengan leluasa melakukan aktivitas hayalannya untuk bermimpi.

           Yang membedakan antara manusia yang sehat dan tidak sehat adalah penggunaan otaknya untuk berfikir. Dengan kata lain, manusia yang punya mimpi pasti punya rencana. Tapi tidak semua rencana yang difikirkan dapat direalisasikan dalam bentuk langkah. Yang membedakan manusia pola ini adalah keberanian. Hal inilah kemudian –kenapa di depan kata bermimpi selalu di beri satu kata ‘berani’. Karena mimpi saja tidak akan pernah cukup. Orang dalam keadaan tidak sadar saja bisa bermimpi. Mimpi saja tidak ada istimewanya. Mimpi akan jadi istimewa jika diiringi dengan langkah-langkah kongkrit untuk mewujudkannya.
Puncak dari mimpi adalah menuntaskan mimpi tersebut. 

Ada pepatah yang mengatakan, “Tuntaskan apapun yang sudah kau pilih. Karena orang hebat tidak lahir dengan seketika, tapi orang hebat terlahir dari sebuah proses”. Saya lupa ini kutipan quotes siapa, tapi yang jelas, bagi saya ini seperti nasehat lama yang mengkristal agar selalu di ingat. Siapapun yang mempercayai ini untuk pertama kali, selamat anda masih terkungkung dalam teori, sebelum anda mampu berdedikasi terhadap apa yang sudah anda pilih.
 ///
///
Lho.. Kok jadi ngmongin masalah mimpi dan tektek bengeknya ( Baru sadar, uda beberapa paragraf dan isinya masih intro kalo di lagu).  Semoga aja berguna deh ya buat pembaca, biar gak hanya sekedar cuap-cuap belaka.
 ////
////
Back To new project.
       Menggarap project baru yang benar-benar baru (without skill, without experience )seperti memasak masakan yang naturally tanpa menggunakan alat-alat atau bumbu instan untuk mempermudah. Think, learn and Do More.  Hanya berbekal tekad yang matang, prinsip yang kental, dan tentunya modal yang kuat, Saya nekad terjun bebas ke ranah yang sebelumnya tidak pernah saya sentuh sedikitpun. 
Kok modal harus kuat si ?  
Karena saya ingin menuntaskan apa yang saya mulai. 
Karena saya tidak ingin apa yang telah menjadi pilihan saya, hanya akan menggantung di tengah perjalanan. 
Karena bagi saya, bisnis bukan perjalanan sebentar, bukan perjalanan berwisata sehari. Prosesnya tidak seperti memakan cabe syetan yang seketika pedas. Bisnis adalah perjalanan menemukan dan terus menemukan (tidak berhenti). 
Jika berbicara bisnis dan menjadi pebisnis atau menjadi seorang entrepreneur, keduanya tidak jauh dari kata modal. Baik dalam segi materi atau immateri. Dan pastikan keduanya, KUAT ! 
Menggarap project baru bagi saya yang sangat-sangat masih pemula dan fresh dalam dunia bisnis, menjadikan saya harus belajar banyak hal. Mulai dari cara membuat laporan penjualan, manage local payment ( Income and output ), belajar tentang produksi dan aspeknya, belajar tentang target pasar, dan belajar tentang ‘feel and touch’ bahan di pasar. 
By the way, dari tadi ngomongnya project baru mulu, berasa punya project gedean aja. 
Now, call Shinjuku hijab for my new project.
Eh—eh—eh.. yang baca ini postingan jangan muntah ber-ember-ember karena berasa di mentorin. Padahal saya sendiri masih pemula dan banyak cacat sana-sini. Cuma numpang share and semoga aja berguna.
Balik lagi ke shinjuku 
Apa sih Shinjuku hijab ?
Shinjuku hijab adalah Hijab Local Brand dengan tagline ‘PREMIUM HIJAB FOR YOUR DAILY’. Berani amat sih, gandeng kata premium untuk produk yang masih ecek-ecek.
Dimana sih letak Premiumnya ?
Jujur, kenapa saya pd(percaya diri) gandeng tagline itu di brand Shinjuku, ya tidak lain, karena Shinjuku hijab menggunakan kain berkualitas, dan tidak sembarangan. Setiap helainya benar-benar saya perhatikan kualitasnya. 
Biar lebih akrab, kenalan dulu yuk sama Instagramnya:
Produk Shinjuku masih seputar jilbab baik segiempat maupun pashmina. Pengen banget merambat ke fashion. Tapi untuk kesana, segalanya masih belum matang. Jilbab aja masih belajar. Apalagi segi marketnya, masih dibawah rata-rata banget. 
Sebenernya pengen banget bahas lebih detail, tapi saya sudah kehilangan kata-kata. oh ya, by the way ini postingan saya di tahun 2017 yang bener-bener jelas. Bagi yang masih merasa kurang jelas, segera minta label Hallal dari MUI. 
Agak sedikit geli sendiri baca postingan tahun–tahun sebelumnya. But, itu juga bagian dari proses pematangan diri juga. Gak perlu di hina, dicaci, apalagi di benci. Ini kok ujungnya gak karuan. oke, intinya si– cuma ingin memperkenalkan project baru aja–tapi bahasanya ribet banget dari awal–cuma ingin mulai ngblog lagi aja–tapi yang sedikit ada gunanya ketimbang curhatan mehek-mehek anak abegeh–cuma ingin nulis aja–tapi kualitas tulisan masih gini-gini aja–yang penting maju terus bung ! ! ! semangat ! ! ! 
Sabtu bersama sabtu bersama bapak yang menginspirasi. AKHIRNYA…. BENERAN NGBLOG LAGI ! 
Dari Shinta Juliana
yang lagi ngegarap kesibukan baru.
semoga jadi berkah buat semuanya.
dunia dan akhirat.
Pencapaian apapun tidak untuk meninggi.
Tetap membumi.
karena bumi masih selalu menjadi tempat bersujud.
dari bumi–oleh bumi–dan untuk bumi.
Lupa caranya bersyukur ?
Bact to your SAJADAH !

Tips anti galau saat di tinggal nikah mantan.




Haii bloggers lahiran tahun 90, 91, 92, 93 yanglagi kena demam mendadak tentang pertanyaan klise “kapan nikah ?”  Lagi musim nikah ya.Nah karena musim ini, gak sedikit dari kita geram abis kalo pas kondangan terus ditanya “kapan nyusul?” kayaknya lebih baik ditanya “Nenek kamu siapa?” dari pada ditanya kapan nyusul. 

Bloggers, Coba cross cek dulu, sudah berapa teman kalian yang resmi melepas masa lajangnya ? atau bahkan sudah berapa banyak teman sekelas kalian yang sekarang sudah gendong bayi ? Banyak pemirsa ternyata. Sebenarnya si, topik utama nya bukan itu. Ya masih nyerempet-nyerempet dikitlah. Lebih spesifiknya si ditinggal nikah doi alias mantan. Okee nelen ludah dulu deh, siapin hati yang mantep. Kencengin lagi visi dan misi masa depan.

Door..

Mantan ? What is the meaning of MANTAN ? semacam hewan langka kah ? atau semacam predator yang harusnya dibumihanguskan ? atau semacam benda langka nan unik yang harusnya di abadikan di museum ? Whatever.  Mantan tetaplah mantan. Mau di benci, di hina, di caci dan dibenci pun, doi tetep jadi bagian dari bumi. lebih kecilnya lagi hari-hari kita di masa lampau. So,, Just keep it. 

 

Klik Sumber Gambar

Mantan itu bisa semanis madu, legit, endess kalo berakhir di pelaminan.  Bisa pait kayak nyicip empedu kalo ujungnya Cuma dua PUTUS dan PUTUUUUUS ! sama aja kali. Hahaa… Saya kasih beda. Untuk kategori putus pertama ya bisa dibilang putus dalam kategori normal. Tanpa drama berlebih. So, masih bisa lah kita berbaik hati buat sesekali inget dia. Bolehlah sekali-kali ketemu lagi kalo kangen.. #ehe ini modus lama. Hati-hati.

Nah, kategori putus ke dua ini yang lebih banyak dramanya. Lebih banyak nangisnya,apalagi kalo putusnya akibat di selingkuhin, terus gontok-gontokan bikin drama “pilih aku atau dia“, dan ternyata doi lebih pilih dia yang body nya kayak gitar spanyol dari pada kamu yang kayak papan white board.  Kelaaaaar deh idup lu ! 

Bloggers, Apapun dan bagaimanapun cara atau alasan kalian putus dulu, tetep aja intinya, orang yang ngajak putus itu sudah gerah alias nyerah buat mertahanin kamu dalam lingkungan hidupnya. Bisa saja yang awalnya dimananya kamu terlihat seperti kelinci yang dianugerahkan gigi yang lucu, untuk mengalihkan dunia kamu kayak lirik lagu afgan, eh tiba-tiba berubah jadi parasit yang wajib di babat habis sampai ke akar-akarnya.

Jangan sedih Bloggers, orang yang pengen selalu sama kita, sekalipun nemu seribu cacat di diri kita, dia tetep bakal sama kita kok. Beda sama orang yang udah kapok, bosen, jenuh dan risih sama kita. Sekalipun kita sudah baik kayak bidadari langit lapisan ketujuh, kalo doi uda gak sreg, tetep aja doi melenggang pergi.

Back to Topik.

Di tinggal nikah mantan menjadi momok yang menakutkan bagi dia yang belum move on. Bagi dia yang belum cukup ikhlas dengan kandasnya hubungan di masa lalu. Dan yang lebih parah, bagi dia yang masih merangkai sejuta harapan untuk menjalani masa tua bersama. Eh ternyata, dia telah memilih orang lain dan itu bukan kamu. Mungkin kabar doi nikah bisa jadi shock therapy ringan buat kamu.

Klik Sumber Gambar

Nah, Buat ngadepin fenomena Di tinggal nikah mantan biar lebih easy dan that is nothing for your life. Saya mau bagi-bagi tips anti galau saat di tinggal nikah mantan.

Tips anti galau saat di tinggal nikah mantan.

1.  Re-View Ulang Kisahmu.

Bagi kalian yang sudah nemu cacat, bengkok, lembek, atau noda di kepribadian doi, ini akan lebih mudah. Coba ingat-ingat lagi, bagaimana dia mengecewakan kamu, bagaimana dia menyakiti kamu,
sampai dia meninggalkan kamu. Ingat, kamu baik dan pantas dapat yang lebih baik. Bagaimanapun kamu, tidak ada satu orangpun yang berhak menyakitimu. Kilas balik semua kisahnya, baik seorang diri atau bercerita dengan sahabat. Luapkan semua kecewaan, kekesalan, tuntaskan semuanya cukup di hari ini. Jika sudah lega, mulailah babak baru dengan cintai diri sendiri sebelum memutuskan mencintai orang lain. 
 

Klik Sumber Gambar

2. Menyibukkan diri

Seperti yang kita tahu, obat mujarab dari proses melupakan adalah menyibukan diri meski hanya berhasil untuk sementara waktu. Tapi, kesibukan bisa menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan negatif disaat perasaan sedang tidak stabil.Sering kali, saat perasaan campur aduk, emosi terasa di permainkan nafsu yang berlebihan, atau random feeling akan mengacu kita mengeluarkan komentar negatif. Apalagi jika waktu luang digunakan dengan hal-hal yang malah tambah memungkinkan komentar negatif itu membuncah. Contohnya stalking media sosial doi. Fix, kamu bakal ngerasa ngenes abis. Jadi, hindarin deh stalking pas suasana hati masih rawan-rawannya. Gunakan waktu lebih dengan kegiatan positif. Menyalurkan bakat, membaca hal-hal bermanfaat, intinya sibukkan diri sampai kamu enggak ada celah waktu buat mengingat, mengenang berlanjut sampai menangis berhari-hari ataupun waktu buat stalking media doi sampai istrinya doi. STOP ! Sibukan diri dengan hal-hal bermanfaat. Jadilah pribadi yang berkualitas.

3. Dekatkan diri dengan Tuhan.

Bloggers, Jodoh itu sudah di gariskan oleh Allah dalam kitab Lauh Mahfuzh. Kita adalah makhluk ciptaaanNya. Maka Dia jauh lebih mengerti diri kita dari pada kita sendiri. Dia yang tahu takdir terbaik untuk kita, seperti apa, dengan siapa. Dan apabila bukan dengan orang yang kita inginkan, dambakan, mungkin ada mudarat dari, jika kita memaksakan keinginan kita. Cobalah dekati pencipta kita, kenali anugerah-anugerahnya yang bahkan jauh lebih besar dari yang mungkin sebelumnya kamu merasa bahwa mantanmu adalah anugerah terindah yang pernah kamu miliki seperti lagu sheila on 7. Pasrahkan semuaNya hanya pada Allah. Tugasmu hanya terus memperbaiki diri. 

4. Iam Ready to say “Happy Wedding”.

Nah, ketika hati sudah berdamai dengan luka, diri telah kembali tenang hingga langkah menjadi ringan, aura positif terpancar dengan  jelas, kamu sudah siap mengucapkan “Happy Wedding kamu yang dulu pernah aku harapkan menjalani skenario ini bersama ku.”

Bloggers itu tips dari saya, semoga bermanfaat. Dan ingat hidup tidak melulu tentang cinta, dan tidak hanya terfokus pada cinta adam dan hawa. Masih ada keluarga, masadepan, dan kematian. Persiapkan semuanya dengan seimbangya.

See you soon…

by @shintajulianaa

Polemik Ibu Rumah Tangga VS Wanita karir


Klik Sumber Gambar


Belakangan ini sering terjadi perdebatan panas antara wanita karir dan ibu rumah tangga. Di zaman yang sudah mengalami reformasi besar-besaran dalam berbagai aspek, yang mana kedudukan wanita sudah diakui sah di mata hukum, bersejajar dengan kedudukan pria. Maka hal ini dijadikan satu acuan penting, bahwa wanita juga berhak atas kesuksesan di dunia luar. Wanita punya porsi yang sama untuk berkarir.
Disini, saya hanya berperan untuk menyampai pendapat, tidak untuk membenarkan kubu manapun. Karena bagi saya, menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir, keduanya adalah panggilan jiwa yang mana tidak hanya cukup dinilai dengan “sekedarnya”.
Sebagai seorang wanita yang sudah berani melangkah ke jenjang pernikahan, mereka sadar betul, bahwa dalam cangkupan kehidupannya bukan lagi hanya berpusat di dirinya. Ada orang lain yang berhak banyak atas dirinya, yang mana orang lain itu menjadi bagian penting kehidupannya.
Tapi adakalanya beberapa prioritas lain yang turut serta mengambil bagian dari dirinya.
Wanita, disini kami paham betul apa peran seorang istri. Begitupun hak yang dimiliki anak-anak atas peran ibu. Begitupun dengan banyak orang yang pada akhirnya memilih berkarir dari pada menjadi ibu rumah tangga secara utuh.
Beberapa hal mendasar yang menjadi faktor pendukung di antaranya :

1. Alasan ekonomi

Mari kita bicara faktor ini dalam cakupan ekonomi menengah ke bawah. Pernikahan dalam cakupan luas adalah menyatukan dua keluarga yang semula tidak tau menahu, menjadi saling. Yang mana, tau menahui itupun dijabarkan dalam tindakan nyata, seperti saling menolong dalam kesulitan, saling mensupport, saling meluangkan waktu, saling memberi, dll.
Lelaki, taukah beberapa hal yang berkecamuk dalam beberapa wanita yang harus meninggalkan pekerjaannya untuk tetap di rumah ?
Taukah beberapa kebimbangan yang mendominasi pikiran yang beratnya bukan kepalang ? Ya keluarga pihak wanita. 
Ada beberapa wanita yang setelah menikahpun tetap menghawatiran kehidupan orang tuanya, masa depan adiknya. Open your mind, dalam kasus ini tidak semua orang beruntung memiliki ekonomi cukup. Banyak kasus yang menyebutkan, bahwa seorang wanita rela menjadi wanita karir adalah tuntutan keadaan yang mana dia tidak bisa menutup mata saat orangtua nya butuh bantuan, tidak bisa menutup telinga atau lantas mematungkan diri atas beberapa duka yang menerjang keluarganya. 
Al-qur’an dan Al-hadist berkali-kali menyebutkan, bahwa hak penuh atas diri seorang wanita setelah menikah bukan lagi ada pada orang tuanya, melainkan suaminya. Tapi naluriah seorang anak atas rasa iba tetap tidak ada matinya, sekalipun dia telah berkeluarga. 
Sebagian orang mungkin akan bicara dengan lantang,“milik suami adalah milik istri.” Namun, dalam bukti nyata, bagi mereka yang punya mental mandiri, meminta kepada suami adalah hal-hal yang tidak mudah. Bagi mereka yang terbiasa mandiri, yang terbiasa menopang susah sendiri, yang terbiasa bisa lantas tiba-tiba harus bergantung penuh pada penghasilan suami, hal ini lumayan menggelitik ego diri. Ada rasa malu yang menguar.
Nah, alasan itulah yang kemudian memicu sebagian wanita untuk kembali terjun kedunia karir bahkan setelah berkeluarga.

2. Jenuh dengan rutinitas

Poin kedua mungkin banyak orang kontra. Tapi pada kenyataan di lapangan, seorang wanita yang terbiasa bekerja, terbiasa bersosialisasi dengan dunia luar, bercakap tentang banyak hal, menyelesaian banyak tantangan di dunia kerja, menghandle berbagai problematika seputar pekerjaan, lantas tiba-tiba harus berdiam di rumah, bercengkrama dengan bumbu-bumbu dapur, berteman dengan cucian kotor, percayalah ini sangat butuh latihan dan kesadaran tinggi.
Jika kita membaca buku tentang family guide, yang di dalamnya memaparkan banyak kegiatan-kegiatan kecil di rumah, pembelajaran mendasar untuk anak, pastilah naluriah kewanitaan akan sedikit tercongkel. Tapi, hal ini bagi sebagian wanita tetap tidak bisa memberi roh pada jiwanya yang haus akan prestasi.
Well, saya gak mau banyak komentar untuk poin kedua, yang mana fakta ini sebetulnya banyak ditemukan di kota-kota besar dengan sebutan “ibu masa kini”. Kota yang haus akan reputasi dan prestasi.
3. jaga-jaga untuk kemungkinan terburuk

Hidup memang tak selalu menyuguhkan bahagia, tidak melulu tentang tawa. Ada kalanya cacat menjadi awal duka. Begitupun dengan pondasi rumah tangga. Iman seseorang ada naik turunnya, begitupun dengan keasadaran. Manusia tak luput dari khilaf. Sebagian wanita memilih tetap bekerja sealipun sudah menikah adalah takut-takut si suami berbelot arah, tidak lagi bisa mempertahankan keutuhan dengan alasan berbeda prinsip atau hal lainnya. Maka, alasan ketakutan perceraian itulah yang menyebaban sebagian wanita tetap memilih bekerja.
Mungkin di poin ini banyak yang mendengus, tapi dalam catatan ini saya ingin membuka pandangan, tanpa unsur menitikberatkan pada satu kubu. Tidak, tulisan ini saya buat netral berdasarkan banyak kasus disekitaran.

Mari tinggalkan faktor pendukung seseorang memutuskan tetap bekerja setelah menikah. Mari beralih ke beberapa kehawatiran yang menghinggapi, mengendap di pikiran sehubungan dengan naluriah seorang wanita yang mana sudah menjadi seorang ibu.
 Diantaranya :  
1. Tidak dapat memenuhi kewajiban seorang istri secara penuh.
Pernikahan. Suami dan istri. Wanita manapun yang sudah menjadi seorang istri pasti berharap bisa merauk amal yang sebanyak-banyaknya dari ridho suami atas apa yang dikerjakannya. Dan seorang istri yang bekerja di luar rumahpun, pasti menghawatirkan dirinya tidak bisa full memberikan apa yang menjadi kebutuhan seorang suami. Seorang wanita yang sudah menjadi seorang istri paham betul, bahwa suami menginginkan ketenangan, kesejukan, ketika berada di rumah. Dan hal ini, menjadi endapan pikiran tersendiri bagi sebagian wanita yang tetap memilih bekerja setelah menikah.
 
Dunia kerja yang menuntut selalu fokus, dunia kerja yang tentunya menyedot banyak energy, dunia kerja yang memporsir tenaga, tentunya menjadi kehawatiran tersendiri. Takut-takut setiba di rumah, malah langsung tidur karena kelelahan. Takut tidak bisa memberikan ketenangan saat suami pulang bekerja karena fisik dan pikirannya pun sama lelahnya.
Ya, seburuk apapun seorang wanita, dia tetap ingin menjadi istri terbaik untuk suaminya.
2. Tidak bisa memenuhi hak anak atas peran seorang ibu.
Yang paling berat dalam topic ini adalah “peran ibu” yang mana tidak seorangpun yang bisa menggantikan peran ibu walau semenit.  Jika kita sering membaca artikel tentang family guide, atau buku-buku parenting, pastilah di dalamnya mengkupas habis tentang peran ibu dalam pembentukan karakter seorang anak. Peran ibu sebagai wadah pembelajaran pertama bagi seorang anak, peran ibu sebagai media penghubung anak dengan dunia luar, mengenalkan hal-hal kecil hingga besar.
Baik ibu yang fulltime berperan sebagai ibu rumah tangga, atau yang menjadi wanita karir, pertumbuhan dan perkembangan anak tetap mejadi hal utama. Meskipun  keduanya punya cara berbeda dalam menunjukannya.
Siapa sih ibu yang tak ingin melihat anaknya tumbuh sempurna, menjadi anak-anak yang peka terhadap lingkungan, anak-anak pintar baik akademik maupun non akademik, anak-anak yang tumbuh dengan pengertian baik. Semua ibu menginginkannya.
Tapi balik lagi ke faktor pemicu, hingga pada akhirnya kedua hal yang menjadi kehawatiran itu hanya  akan menjadi perang battin sampai batas waktu yang tak bisa ditentukan 
____________________________________________________________________________
Finally…..
Berdasarkan kasus di atas, akhirnya saya membentangkan satu garis lurus antara ibu bekerja dan ibu rumah tangga, yaitu :Seorang wanita yang sudah berkeluarga tetap harus punya penghasilan sekalipun hanya berdiam di rumah.

Itu Garis besarnya !
Tapi menuju kesana, tentulah tidak mudah. Harus ada persiapan matang baik itu dana pensiun atau otak cerdas dalam memanage modal. Well, akhirnya ini mengarah pada usaha/wiraswasta, atau kegiatan lain yang bisa menghasilan uang. Di zaman yang serba modern ini, yang mana onlineshop sudah menjamur yang gampang tumbuh dimana-mana, hal ini bisa dijadikan acuan untuk ladang usaha. Atau bagi yang punya banyak modal, boleh mencoba berwiraswasta. Tidak perlu besar, yang penting ada pemasukkan.
Pekerjaan seperti itu tidak perlu menghabiskan banyak waktu di luar, tetap bisa fokus mendidik anak, memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak, memberi perhatian full pada suami, disamping itu tetap bisa membantu keluarga dan tetap punya kegiatan yang bermanfaat dari sekedar duduk dan bergosip. Untuk cakupan pergaulan, semoga dengan adanya interaksi dari berwiraswata, pergaulanpun makin bertambah.

Perlu di garis bawahi, Saya Shinta dan belum melangkah ke-mahligai pernikahan. Semua pandangan yang saya tuangkan dalam tulisan ini adalah mutlak dari hasil mendengarkan, melihat lingkungan sekitar. Jadi susah mudahnya, masih berupa pengalaman mendengaran, melihat tidak melibatkan diri secara langsung.


JADI, SIMPULANNYA : 

JIKA MEMILIH UNTUK TETAP BERKARIR, HARAP MENJADIKAN KEWAJIBAN ISTRI DAN ANAK DI ATAS PEKERJAAN. MENJADIKAN PRIORITAS TERBESAR ATAS DIRI SEORANG WANITA YANG BERKELUARGA TERLETAK PADA PERAN IBU DAN ISTRI.
KEDUANYA, SEMOGA MENDAPAT RIDHO DARI SUAMI, YANG MANA RIDHO ALLAH TERLETAK PADA RIDHO’ SEORANG SUAMI.


@shintajulianaa

Trik Ber-sosial Media yang Baik

#CATATAN-INI-TIDAK-UNTUK-MENYUDUTKAN-SIAPAPUN!
KLIK SUMBER GAMBAR
Heloo anak tahun 60’an, 70’an, 80’an, 90’an dan anak yang baru ngecap nangis kenceng di dunia yang penuh hingar bingar ini. Pastilah udah enggak asing lagi dengan yang namanya sosial media. Juga tak kalah asingnya istilah, cantik dikit jepret, manis dikit jepret, galau dikit update, sedih dikit listening, Ah pokoknya generasi sosmed akrab banget sama sutinitas di atas.
Tapi sudahkah kamu menjadi smart user gaes ?
Social media sudah tak terhitung banyaknya. Sudah taukah kamu trik-trik bersosial media yang santun ? Bukan cuma menghadapi calon mertua aja tatakrama di butuhkan, tapi bersosial mediapun sangat-sangat dibutuhkan.
Nah, diwaktu dan kesempatan yang baik ini, ijinkan saya dengan pengetahuan yang tidak seberapa ini share pengalaman yang pada akhirnya tercipta beberapa trik bersosial media yang baik, versi saya pribadi.
.
.
.
.
.

1.       Menjaga nama baik seseorang / instansi di medsos
Gaes, taukan setiap orang punya wewenang untuk menjaga nama baiknya masing-masing. Begitupula dengan sebuah instansi. Perlindungan terhadap nama baik seseorang sudah tercantum dalam Hak Azasi Manusia yang sudah dilegalkan dalam undang-undang Negara kita ( boleh cek di gooogle ). Hihi.. saya bukan ahli hukum dan masih sangat awam dalam yang bersangkutpaut dengan hukum dan kelegalannya.
But.. sebagai smart user social media, Kita harus tahu tentang ini. Biar gak menyalahi aturan lalu berurusan sama hukum. Ngeri gaes !
Tuh, Nama baik seseorang itu sudah ada perlindungannya, dilegalkkan pula. Lantas apa kita masih mau jelek-jelekin orang lain di social media ? Ngumbar aib yang belum tentu kebenarannya di social media ? lantas nyinyir-nyinyir semaunya di social media yang harusnya menciptakan image baik untuk nama baik kita sendiri ? Oke, You think that is just kidding or just the ways to show your idea. Like me ? right ? Semua orang sejak pertama lahir di dunia ini sudah punya hak paten tentang kebebasan mengeluaran pendapat. Sama halnya dengan hak perlindungan nama baik. 
APA SIIIH SHIIIIN… SOK NGERTI HUKUM SEGALA !
oke lupakan !
Back to Topic..
Shin, tapi gue enggak nyomot nama orangnya yang jelas-jelas merupakan tindak pidana pencemaran nama baik.
Good ! salah satu pencemaran nama baik memang bisa diproses dijalur hukum kalo unsur nama atau instansi itu jelas tertulis, tertuang, tanpa embel-embel blur. Duuuuuh, saya sebenarnya tidak ingin terjun lebih dalam di pembahasan ini, takut salah gaes.
Tapi, inti penting dari poin ini adalah social media itu tercipta, tumbuh, dan dikembangkan untuk saling berbagi informasi, saling share pengetahuan, saling bertanya kabar, saling memberi tahu perkembangan ( semoga perkembangan kearah positif) dalam artian saling menciptakan harga “nama baik” kita masing-masing.  Masudnya apa si ?
Ada pepatah lama yang mengatakan,

“apa yang kamu katakan menunjukkan seberapa dalamnya isi kepalamu. Dan dengan siapa kamu banyak menghabiskan waktu menentukan perkembangan pola pikirmu.” 

Sorry kalo salah. Ya intinya si gitu. Entah nemu pepatah itu dari mana, dari cuplikan kalimat di buku-buku besar, atau dari mulut ke mulut orang-orang berenergi postitif. Tapi untuk saya pribadi, pepatah lama itu seperti cambuk yang terus mengingatkan saya tentang bahaya lisan dan tindakan.
Jadi jelas banget, apa yang kamu bagikan itu menuntujukan kualitas diri kamu sendiri. Maka dari itu, pandai-pandailah dalam menjaga nama baik. 
Enggak mau kan dicap sarkasme gara-gara sering nyinyir / judge orang lain ?
Enggak mau kan di cap makhluk paling menyedihkan abad ke 20 gara-gara sering update galau ?
 ah… elu makhluk paling munafik sejagat raya dan tanah air. Sok suci update nya yang bener-bener. 
Gaes ini bukan sok suci, ini adalah langkah memperbaiki nama baik. memperbaiki yang salah, bukan cuma buat  pembaca tapi juga ajang self-motivation.
2.       Ubah Pola Fikir.
Pola fikir apa aja sih yang perlu di rubah biar aman dan nyaman alias woles di sosmed ? ini sih menurut pendapat saya pribadi setelah melakukkan riset dari berbagai kasus.
You know gaes.. this is a medsos and so many people say, 

“Heloo yang gue sindir siapa yang kesindir siapa.”

 Jika semua konten sudah memenuhi standarisasi penggunaan sosial media seperti poin yang pertama, langkah kedua biar woles di sosmed adalah mengubah pola fikir. 
Salah satunya adalah bangun kesadaran diri bahwa setiap hal yang orang lain bagikan ( bertindak sebagai sindiran ) its oke slowly, kalem gaes itu bukan buat kamu kok. Mungkin enggak mudah membangun kesadaran agar selalu tetep dijalur posting (positif thinking ), tapi akan lebih rumit dan ribet lagi kalo setiap asupan negatif kita biarkan berbaur dengan sistem kerja otak. Duh, bahaya. Bisa neting. Gak baik lho terus berprasangka buruk. 
Yang kedua, yang harus kita bangun adalah kemampuan untuk memfilter apa saja yang orang lain bagikan di sosmed. Baik itu berita, ilmu pengetahuan, atau jualan online. Ya pokoknya intinya si harus pinter filter aja. Banyak hal yang bisa di share di sosmed. Bisa berupa asupan yang baik atau cuma bibit-bibit penyakit. Yang dimaksud disini penyakit hati ya, bukan penyakit dalam apalagi penyakit bawaan lahir.
Mau nyomot pepatah lama lagi ni gaes : 

“Jangan lihat siapa yang berbicara, tapi dengar apa yang di bicarakan. Jika itu baik ya dengarkan lalu laksanakan, jika itu buruk ya baca lalu lupakan alias fyuuh buang”

Simpel kan ?
Ilmu itu bisa datang dari mana aja. Gak harus melulu dengan duduk dibangku sekolah, gak selalu dari guru-guru di sekolah. Tapi di era ini, di era dimana manusia jadi budak sosial media yang tiap hari jauh lebih banyak berkutat dengan facebook, twitter, path, instagram dll. Daripada duduk mojok di perpustakan. Atau jauh lebih memilih membuka gadget daripada membuka buku yang tebalnya bisa bikin mati tikus got kalo dilempar. Yess, you can learn from sosmed gaes. Mulai dari tokoh-tokoh masyarakat sampai butiran debu yang cuma bikin kelilipan semua ada di sosmed. Tergantung bagaimana kita menyikapi prahara “lika-liku sosial media”.
3. Bangun komunikasi yang baik

Seperti pada dasarnya, Media sosial adalah tempat untuk saling berinteraksi di kancah dunia maya. Komunikasi itu bisa bersifat aktif atau pasif. Aktif yang di maksud adalah bentuk nyata dari interaksi di room chat, atau di kolom komentar. Sementara yang di maksud komunikasi pasif adalah menjadi pengintai yang baik. Mengetahui perkembangan berita, mengetahui perkembangan keluarga, kerabat, dan sahabat, mengetahui hal-hal yang up to date tanpa turut serta langsung kedalamnya. Mungkin akan lebih familiar kalo disebut kemal, kepo maksimal. Haahaha… upss..
Buat saya pribadi si, itu oke-oke saja. Bukannya hal-hal yang kita bagikan di sosial media itu memang untuk konsumsi publik ? Lantas kenapa harus takut di kepoin orang ? Atau enggak terima kalo dikepoin orang.
Oke back to your self.
Bytheway, saya menulis catatan ini bukan ajang sok-sok-an atau merasa paling bener sejagat raya. Bukan begitu, ini cuma catatan dalam ajang pembenahan diri, baik itu bagi saya pribadi atau bagi kalian yang sempat meluangkan waktu untuk membaca.
Sekali lagi jangan lihat siapa yang berbicara, tapi dengar apa yang dibicarakan.
Kalo ada yang menyangka atau menyudutkan catatan ini sebagai sindiran untuk oknum-oknum tertentu.
Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. 
And finally..
Comeon reset your mind !
Wakeup tobe a good people, day by day.
I love you gaes, :*
@shintajulianaa
dalam proses revisi diri !

Perbincangan Desember 2015 tentang Resolusi 2016

Desember 2015.Menginjak pertengahan Desember menjadi alarm tersendiri untuk saya pribadi. Desember yang tinggal tersisa beberapa hari, melampirkan banyak list target yang masih mengantung untuk segera di raih. Januari 2016, benar-benar cambuk keras untuk setiap usaha yang masih gini-gini aja.

Tadi siang saya dan teman saya terlibat obrolan panjang tentang persiapan masadepan. Masa depan dengan segala kemungkinan buruk, juga dana kehidupan yang tak akan mudah apalagi murah. Me-review kembali tentang masa kerja yang panjang dengan apa yang sudah dihasilkan, ini benar-benar menjadi cambuk keras. Kemana perginya semua rupiah yang dihasilkan tidak hanya dengan senyum palsu itu ? Tidak hanya cukup dengan menggadaikan satu menit setiap harinya. Bahkan lebih dari itu. 

Obrolan panjang itu mengarah juga ke perencanaan anggaran di tahun 2016. Tentang daftar-daftar hal yang akan membutuhkan banyak dana ( lagi ) juga segala kemungkinan yang bisa saja tidak terdaftar tapi membutuhkan dana banyak.

Sia-sia. Tidak berbekas. Tidak ada hasil investasi dari dana penghasilan selama ini. Yang ada, semua barang yang hanya memiliki daya jual rongsok. Otak saya berfikir keras. Hidup memang tidak pernah murah. Segala kemungkinan buruk tidak pernah mau memberi jarak toleransi.

Simpulan dari nasehat panjang lebar dari teman dan tante saya sepanjang bulan Desember adalah : Stop Budaya Konsumtif.




________________________________________________________________________________

Budaya konsumtif adalah kebiasaan dimana kita membelanjakan uang tanpa pemikiran rasional, tanpa didasari kebutuhan, semua dilakukan hanya untuk menyokong gaya hidup.


Kembali ke perbincangan Desember yang menjadi cambuk tersendiri bagi saya pribadi. Ya, lingkungan saya bekerja menjadi ruang belajar kedewasaan tersendiri bagi saya. Juga asupan-asupan keras dari tante saya yang terus mengingatkan bahwa, Hidup itu tidak murah, apalagi mudah” membuat  pandangan tersendiri bagi saya. Poin-poinnya seperti ini :

1. Sudahkah  punya Tabungan penyelamat ?

Tabungan penyelamat yang saya maksud disini adalah dana mati yang kita simpan untuk berbagai kemungkinan di masa depan. Baik itu sakit atau untuk kebutuhan tak terduga lain yang benar-benar urgent.

Me            : “Emang berapa mba, aku sih minimal 10jt aja buat jaga-jaga segala kemungkinan”. 

Mba Puji   : “Murah amat neng. Kamu fikir masadepan semurah itu” 

Me            : “Tapi kan aku juga punya cicilan untuk dana invest mba nantinya”. 

Mba Puji   : “Invest beda lagi. Invest biarin bergerak. Tabungan enggak boleh nyestuck. Kamu fikir hidup kamu bakal mulus terus. Optimis banget pengeluaran bakal flat gitu aja”. 

Me             : “terus berapa mba?” 

Mba puji    : ” Minimal 50jt”. 

Me             : “ Whaaaatttt ?”

Masih dengan ekspresi melongo. Saya masih sangat-sangat sulit untuk membiasakan diri menabung. Jangankan sampai angka puluhan juta, kisaran hitungan jari-pun butuh pengorbanan luar biasa. Kembali Dia menjelaskan tentang masadepan itu gak murah. Mulai dari rancangan biaya pernikahan, melahirkan, juga biaya duka untuk segala kemungkinan buruk. Hidup memang harus selalu dimulai dengan kemungkinan buruk. Jika manis yang dikecap, itu bonus. Kita tetap harus waspada untuk setiap situasi dan kondisinya.
Benar, tidak bisa dipungkiri, hidup memang akan selalu mahal. Malah seiring bertambahnya usia, bertambah pula kebutuhan. Semua berjalan naik. Lantas bagaimana dengan tabungan ? Sudah dipersiapkan sampai mana ?
Kalo bicara tentang resolusi, semua gencar membuat daftar. Nomor satu sampai sekian tertulis atau setidaknya tergantung didepan langit-langit mimpi. Namun, perjalanan merubah yang sudah jadi kebiasaan itu tidak mudah, pun meraih yang berada diatas tanpa melompat itu mustahil.

Me           : “Tapi kan aku banyak kebutuhan mba. Aku tinggal sendiri disini yang apa-apa sendiri. Kebutuhan aku tuh enggak sedikit.”  

Mba Puji : “ Yang mahal itu kebutuhan apa gaya hidup ?”

Lagi-lagi saya merasa terlempar ke dasar. Jika flashback ke tahun 2011 sampai sekarang, memang sebagian besar adalah pengeluaran gara hidup. Mulai dari mengakrabkan diri dengan suasa mall, rajin hangout sana-sini, rajin mencicipi menu satu resto ke resto lain, sampai lebih berminat membeli barang branded. Ya, itu semua gaya hidup. Tuntutan lingkungan dan kebiasaan yang tidak bisa dikendalikan. Berapa banyak rupiah yang terbuang hanya untuk membeli “zaman”  ? hanya karena takut dibilang “kuper” ? berapa banyak ? Saya tekankan, -Tidak sedikit.

2. Sudahkah ada pemantapan kearah “investasi” ?

Me       : “kalo aku beli itu ( gak bisa disebutkan ), aku susah bagi-bagi uangnya. Cicilan tahun pertama, pasti bener-bener nyekek banget”. 

Tante   : “Terus mau sampe kapan kamu gini ? beli barang-barang enggak jelas. Uang entah kemana. Mendingan susah pas muda, tua bahagia neng”. 

Tante   : “beli tuh hal-hal yang kedepannya prospeknya bagus. Kerja empat tahun masa cuma bisa beli nasi bungkus doang.”

Definisi bekerja bagi tante saya bukan hanya perihal tentang kemampuan kita membiayai hidup ( sandang & pangan ). Tidak hanya terhenti disitu. Tapi definisi bekerja baginya adalah sarana untuk menyiapkan masadepan dengan sebaik baiknya. Memanage segalanya dengan detail. Lebih luas dan lebih panjang dari hanya dana tabungan penyelamat.
Perhitungan bekerja yang sudah menginjak lima tahun bukan lagi mencari dana untuk senang-senang. Semoga saya memang sudah bosan dengan segala bentuk gaya hidup yang belakangan membuat saya menyesal setengah mati.
Jika ditahun pertama, kita banyak menggunakan gaji untuk menuruti ego kita, hal ini tidak lagi berlaku untuh tahun keempat. Mall, barang-barang brended, Hangout tempat-tempat ternama, bukan lagi menjadi tujuan kami (semoga). Ada yang jauh lebih bermanfaat dari itu, ada. Dan smua akan sadar pada waktunya. Saat kehausan “gaya” sudah mencapai titik jenuh. Sekali lagi, semoga saya memang sedang dalam perbaikan kearah sana dan diberi langkah yang istiqomah.
Well, simpulan dari semuanya, saya memerlukan rombak besar-besaran tentang dana pengeluaran. Lalu mengalokasikan sisanya untuk hal-hal yang jauh lebih bermanfaat.
Bytheway, makasih mba puji dan tante eli untuk semua advise. Desember kali ini jadi cambukan buat saya. Semoja Januari pantas saya pijaki dengan kaki lebih baik, lebih giat menabung, lebih berani investasi. 
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ 
Yo nabung yo… Yo lebih produktif lagi membelajakan gajimu !

@shintajulianaa

lagi dalam proses penghematan keras. 
lagi dalam proses memperbaiki gaya hidup yang salah.
lagi dalam proses menabung buat anak-anak kita (nanti). #uhuuukk 

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ 
NB : Ini hanya resolusi materi, belum lagi ke arah karakter pribadi yang masih acakadut mirip butiran reginang atau asap damri. Banyak yang harus diperbaiki. 



TAHAP-TAHAP MENIKAHI ANAK GADIS !

Nikah. Menikah. Jodoh. Pembahasan yang sudah menjadi hal yang asyik diperbincangkan untuk mereka yang sudah menginjak usia diatas 22 tahun. Galau karena penasaran tentang “Siapasih jodoh kita” atau galau karena “modal nikah” yang diluar dugaan, sering menjadi perbincangan mereka di kalangan anak muda masa kini.  
Untuk sebagian kaum pria yang sudah memiliki kandidat calon istri masa depan dan siap untuk membawanya ke jenjang yang lebih serius otomatis harus melewati hal sakral yang disebut Pernikahan. Nah, apa aja sih tahap-tahapnya…

Simak yu,

#TAHAPTAHAPNIKAH #VERSI #SHINTADUTULITY ( Bukan Versi On The Spot Yaaaa )

1.       Perkenalan pribadi masing-masing
Tahap ini mungkin bisa dibilang tahap pedekate dalam istilah anak-anak muda. Tahap dimana apabila seseorang memang berniat menjadikannya kandidat calon pendamping masa depan, otomatis harus saling terbuka satu sama lain. Jadi kalo kamu-kamu baik lelaki dan perempuan yang sudah ada niatan ke jenjang serius, diwajibkan untuk saling terbuka. Beda ya sama sebagian anak muda yang pdktnya karena niat pacaran, mungkin mereka akan adu gengsi. Menutupi kekurangannya sebisa mungkin, dan menonjolkan segala hal yang baik-baik agar dinilai oke. Bahkan tak jarang juga, mereka yang pdkt karena niat macarin itu berusaha menjadi sosok yang didambakan objeknya, padahal si jauh banget dari istilah be your self.

Yang ingin saya kupas disini adalah pdkt yang lebih matang. Pdkt yang lebih serius ketimbang hanya ingin mendapatkan pujian atau sanjungan dari gebetan.
Kenapa si harus terbuka ? Bukannya kita wajib menyembunyikan semua aib kita di mata orang lain ?

Yapps… terbuka disini maksudnya segala prosesnya, apa adanya kita, sikap, karakter, masalalu, keluarga, semua poin-poin penting tentang peristiwa yang sudah dan ingin terjadi diceritakan dengan murni (tanpa cerita tambahan yang dibuat-buat).  Karena dalam tahap ini, masing-masing boleh menentukan keputusan lanjut atau tidaknya tergantung dengan penilaian akhir. Enggak mau kan dibilang “beli kucing dalam karung.” Enggak mau juga kan suatu saat nanti denger komentar “ah ternyata suami gue homo” atau “gue enggak ngerti kapan istri gue operasi kutil di betisnya” . And so…. Jujur dan terbuka itu penting demi mencegah segala bentuk penyesalan yang tak terduga diantara masing-masing pihak kedepannya.
2.       Perkenalan keluarga masing-masing
Menikah. Menikah itu lain halnya dengan pacaran yang hanya akan berhenti dikata, “ aku cinta kamu, kamu cinta aku”. Sudah sampai disitu. Bukan juga hanya tentang, “Aku terima kamu apa adanya, dan aku siap ada buat kamu kapanpun”. Bukan juga seperti itu. Semua tidak hanya berpusat antara kamu dan si dia. Lebih jauh dari itu. Lebih besar lagi lingkarannya. Menikah itu adalah kesiapan dari keluarga kedua belah pihak untuk saling menerima. Karena pernikahan itu menyatukan dua keluarga yang tadinya tidak saling mengenal, tidak saling tau menau, tidak saling membutuhkan, tidak saling peduli, menjadi saling. Jadi ini membutuhkan penerimaan bukan hanya di mata si-dia tapi juga dimata keluarganya.
Otomatis dalam hal inipun kita harus terbuka tentang bagaimana keadaan keluarga kita. Usahakan jangan hanya mendengar dari mulut tapi berusaha terjun langsung ketengah-tengah keluarganya, ,menelaah dengan kaca mata sendiri lebih bisa memberikan penilaian terbaik dari pada hanya mendengar dari mulut. Tapi untuk kalian pria yang sudah berani menginjakkan kaki di keluarga perempuan, otomatis poin pertama tentang pengenalan pribadi si perempuan sudah masuk kategori OKE ! YES, I Want YOU !
Lah kok gitu ? berarti kalo udah kenalan sama keluarganya udah gak bisa nikung lagi dong ?
Bagi mereka lelaki kekar dalam artian punya tanggungjawab dan rasa malu atas tingkah lakunya, pastilah hal seperti nikung, lari dari tanggungjawab ( mau dekat tapi gak niat nikahin ) itu gak akan pernah terjadi. Kenapa ? karena jika suatu saat nanti si pria melakukan hal yang menyakiti si perempuan, otomatis yang harus dia hadapi bukan hanya perasaan perempuan itu, tapi juga ayah dari anak yang sudah dia sakiti. Maka, ketika selesaipun tidak hanya cukup antara perempuan dan pria itu saja, tapi harus ada pula penyelesaian kepada pihak keluarga perempuan terlebih ayahnya.
Terus kalo misal udah ada pembicaraan sama pihak keluaga perempuan, eh dia malah lari gitu aja gimana ? And you know lah, dia bukan pria baik-baik. dia tidak bisa menghargai kamu juga keluargamu.

3.       Poin 1 & 2 LOLOS. SIAPKAH KAMU MENIKAH ?
Kemarin saya dan teman saya mengupas habis tentang ini. Mulai dari prosesi lamaran hingga tektekbengek pritilan resepsi. Simpulan si pria…
“ NIKAAAAH ITU MAAAHAAAAAALLLLLLLLLLLLLLLLL.”
Well, nikah itu mudah bagi mereka yang mengesampingkan gengsi dan tidak diperbudak gaya hidup. Nikah itu murah bagi mereka yang hanya ingin menjalankan sunah.
“TAPI KAN NIKAH ITU SEKALI SEUMUR HIDUP,  PENGENNYA BERKESAN.”

That’s right. Setiap wanita juga pasti punya mimpi, resepsi pernikahan yang beda dari yang lain. Dengan segala rentetan adat yang kental biar lebih kerasa sakral, dengan kebaya atau gaun-gaun cantik, juga dengan pelaminan yang megah. Tapi kembali lagi, modalnya ada enggak ? Gubraak… kalo udah nyentil masalah money-money-money…  pusingnya bukan kepalang. Apalagi untuk pria yang punya harga diri tinggi, yang punya prinsip,
 “gue tuh mau ngambil anak orang, mau seserahan tanggungjawab, yakali dibebanin kekeluarga cewe. Dimana harga diri gue sebagai calon imam. Gue tuh mau ngempanin anak orang, bukan sapi yang cukup cuma dikasih makan rumput. Yakali diawal udah ngejatohin harga diri dengan modal nikah yang dibagi dua sama pihak cewe. Harga diri brooo… gue junjung sampe mati. Titik.”
ZZZZZ…
Kasih empat jempol buat prinsip seperti itu. #Tjackeeeppppp !
Buat mereka yang punya saldo di rekening dengan limit di atas angka 100 si its oke ya. Gak masalah banget.  Tapi, buat sebagian pria yang punya modal tipis tapi niat banget buat bahagian wanita pujaan hatinya dengan resepsi yang luas biasyyyaaaa, kalo enggak ada niat buat yuuu usaha bareng, nabung bareng-bareng, yaa piyeee tok mas ? adek keblenger !
Emang apa aja sih printilan nikah yang kadang dilupain di list budget nikah sama pria :
a.       Souvenir
b.      Undangan
c.       Bahan ( untuk baju seragaman )
Duh ko bisa dilupain si hal penting semacam itu ? jangan disepelein loh mas, perintilan kayak gitu nguras saldo rekening juga loooh.
Hehehehe…
Jadi simpulannya :

Masih mau menjunjung harga diri sampe mati dan mengesampingkan resepsi impian atau menurunkan sedikit ego dan mau diskusi bersama perihal modal nikah ?



Klik Sumber Gambar

Poin penting dari semuanya, JANGAN SAMPAI KITA TERPUSAT KE MODAL NIKAH LALU LUPA MAKNA MENIKAH SEBENERNYA. 
Maksudnya :
Karena menikah yang lebih nyata itu bukan hanya ketika resepsi tapi justru setelahnya. jangan sampe kita fokus ke modal nikah, habis-habisan demi resepsi yang wah, ngutang kiri kanan buat sewa tenda / gedung yang megah tapi setelahnya malah dikejar suku bunga bank. Akan lebih membanggakan jika budget yang segunung itu digunakan untuk DP KPR Rumah. Lebih bangga dong. udah nikah langsung tinggal di rumah baru, sekalipun nyicil, sing penting enggak dikejar setoran juragan kontrakan. 

#INISIVERSIELUSHIIINN
______________________________________________________________________ 
Duh shin, postingannya kok gini amat. Efek sharing abis-abisan sama cp pria ni ( calon pengantin pria ).
HAHAHAHAA….  MAAF SHINTA TERBAWA SUASANA.
Semoga bermanfaat buat kalian yang mau menuju kearah sana ya….
@shintadutulity

Kecjuup sakral buat mereka yang sedang berjuang nyari modal nikah J


Random Chatting…..

“Aku gak nyangka bakal dikenalin secepat ini. Keluarganya welcome banget. Bahkan ibunya cerita banyak. Aku gak nyangka. Aku masih sulit percaya kalo emang jodohnya aku adalah Dia”.

 “Kemarin Dia datang. Dia minta suruh bikini kue sus. Tapi sayang flanya gosong. Huhuhu… Tapi untung ada coklat pasta. So far so good lah, Buktinya dia makan sampe abis. Udah gitu, kita sholat magrib bareng. Dia bacain surat Ar-Rahman. Minggu kemarin, kita bahas ini. Surat pengantar Ta’aruf”.

“kayaknya enggak sebanding deh, kue sus gosong hadiahnya Ar-Rahman.”

***
Kira-kira itu penggalan cerita tadi malam. Cerita dari sahabat dekat saya, yang semoga hatinya tetap dijaga dalam kebaikkanNya. Tidak dapat dipungkiri, atau tidak dapat pula tergambarkan. Seorang wanita memang hanya butuh diperlakukan “special” meski memang wanita tetap makhlukNya yang penuh kekurangan.
Kadang Lelaki Lupa, bahwa “Special” tidak harus melulu tentang “Price Tag” tidak harus melulu tentang “pujian”. Mereka lupa, bahwa justru perlakuan yang dari hati yang tulus akan jauh lebih terasa istimewanya.
Mungkin bagi seseorang wanita yang meletakkan kehormatannya pada “Price Tag” akan menganggap perlakuan diatas biasa aja. Nothing special. Saya tidak akan berbicara tentang “Matrealistis”, Karena nyatanya setiap pribadi meletakkan prioritas berbeda dalam jajaran hidupnya.
 Ada wanita yang meletakkan kehormatannya pada barang-barang branded, pada pujian dari mulut ke mulut, ada juga yang meletakkan kehormatannya pada apa yang keluar dari dirinya ( innerbeauty).


Jujur, saya lebih tertarik untuk meletakkan kehormatan saya pada apa yang keluar dari diri saya pribadi. Dari pemikiran saya, dari ucapan dan tindakan saya. Saya tidak terlalu mengejar pujian, dan lain sebagainya.
Kembali lagi ke label pria di mata wanita. Kalian, pria-pria mapan yang mungkin akan lebih banyak tempat di mata dan hidup wanita kebanyakan. Saya tidak mau berbicara munafik. Mapan, memang hal yang penting untuk seorang pria. Bahkan dijadikan modal untuk mau “membeli” wanitanya. Tapi jangan sampai kalian lupa, Bahwa yang lebih penting dari itu adalah karakter. Jangan sampai kalian hanya berhenti disitu, memberi nafkah lahir sampai lupa dengan yang bathin.
Jujur saya tersentuh saat mendengar sahabat saya bercerita. Seorang pria yang cukup faham beragama. Seorang pria yang dengan gigih, ingin membelinya. Bukan dengan harta, pun dengan tahta. Tapi dengan pengetahuannya. Pengetahuan tentang bagaimana harusnya seorang imam. Dan dia menerapkannya dalam setiap fase pendekatannya. 
 Bagi saya, adakah yang lebih baik untuk seorang wanita selain diperlakukan dengan hormat, dijaga dengan baik oleh seorang pria ? Adakah yang lebih penting dari karakter seorang pria dewasa yang mau menuntun wanitanya  agar lebih baik ? Bukan sekedar menuntutnya saja.
Ini akan menjadi catatan panjang jika dilanjutkan dengan gamblang. Karena setiap orang punya pandangan berbeda. Tergantung dari sudut mana pandangan itu di arahkan. 
Saya pernah terlibat dialog serius dengan seorang rekan kerja saya. Kira-kira isinya seperti ini;
“Setiap perjalan kita, semakin diatas, semakin pribadi kita baik, maka yang akan kita temuipun bukan orang sembarangan. Karena bunga edelweiss tidak akan pernah tumbuh di dataran rendah.

Saya percaya. Karena semakin menjadi pribadi yang baik, maka yang kita temuipun adalah mereka dengan tahap perbaikan diri juga.

So Ladies,Who Do You Want to Meet With? 

@shintajulianaa
Sedang dalam fase memantaskan diri 🙂