#CATATAN-INI-TIDAK-UNTUK-MENYUDUTKAN-SIAPAPUN!
![]() |
KLIK SUMBER GAMBAR |
Heloo anak tahun 60’an, 70’an, 80’an, 90’an dan anak yang baru ngecap nangis kenceng di dunia yang penuh hingar bingar ini. Pastilah udah enggak asing lagi dengan yang namanya sosial media. Juga tak kalah asingnya istilah, cantik dikit jepret, manis dikit jepret, galau dikit update, sedih dikit listening, Ah pokoknya generasi sosmed akrab banget sama sutinitas di atas.
Tapi sudahkah kamu menjadi smart user gaes ?
Social media sudah tak terhitung banyaknya. Sudah taukah kamu trik-trik bersosial media yang santun ? Bukan cuma menghadapi calon mertua aja tatakrama di butuhkan, tapi bersosial mediapun sangat-sangat dibutuhkan.
Nah, diwaktu dan kesempatan yang baik ini, ijinkan saya dengan pengetahuan yang tidak seberapa ini share pengalaman yang pada akhirnya tercipta beberapa trik bersosial media yang baik, versi saya pribadi.
.
.
.
.
.
1. Menjaga nama baik seseorang / instansi di medsos
Gaes, taukan setiap orang punya wewenang untuk menjaga nama baiknya masing-masing. Begitupula dengan sebuah instansi. Perlindungan terhadap nama baik seseorang sudah tercantum dalam Hak Azasi Manusia yang sudah dilegalkan dalam undang-undang Negara kita ( boleh cek di gooogle ). Hihi.. saya bukan ahli hukum dan masih sangat awam dalam yang bersangkutpaut dengan hukum dan kelegalannya.
But.. sebagai smart user social media, Kita harus tahu tentang ini. Biar gak menyalahi aturan lalu berurusan sama hukum. Ngeri gaes !
Tuh, Nama baik seseorang itu sudah ada perlindungannya, dilegalkkan pula. Lantas apa kita masih mau jelek-jelekin orang lain di social media ? Ngumbar aib yang belum tentu kebenarannya di social media ? lantas nyinyir-nyinyir semaunya di social media yang harusnya menciptakan image baik untuk nama baik kita sendiri ? Oke, You think that is just kidding or just the ways to show your idea. Like me ? right ? Semua orang sejak pertama lahir di dunia ini sudah punya hak paten tentang kebebasan mengeluaran pendapat. Sama halnya dengan hak perlindungan nama baik.
APA SIIIH SHIIIIN… SOK NGERTI HUKUM SEGALA !
oke lupakan !
Back to Topic..
Shin, tapi gue enggak nyomot nama orangnya yang jelas-jelas merupakan tindak pidana pencemaran nama baik.
Good ! salah satu pencemaran nama baik memang bisa diproses dijalur hukum kalo unsur nama atau instansi itu jelas tertulis, tertuang, tanpa embel-embel blur. Duuuuuh, saya sebenarnya tidak ingin terjun lebih dalam di pembahasan ini, takut salah gaes.
Tapi, inti penting dari poin ini adalah social media itu tercipta, tumbuh, dan dikembangkan untuk saling berbagi informasi, saling share pengetahuan, saling bertanya kabar, saling memberi tahu perkembangan ( semoga perkembangan kearah positif) dalam artian saling menciptakan harga “nama baik” kita masing-masing. Masudnya apa si ?
Ada pepatah lama yang mengatakan,
“apa yang kamu katakan menunjukkan seberapa dalamnya isi kepalamu. Dan dengan siapa kamu banyak menghabiskan waktu menentukan perkembangan pola pikirmu.”
Sorry kalo salah. Ya intinya si gitu. Entah nemu pepatah itu dari mana, dari cuplikan kalimat di buku-buku besar, atau dari mulut ke mulut orang-orang berenergi postitif. Tapi untuk saya pribadi, pepatah lama itu seperti cambuk yang terus mengingatkan saya tentang bahaya lisan dan tindakan.
Jadi jelas banget, apa yang kamu bagikan itu menuntujukan kualitas diri kamu sendiri. Maka dari itu, pandai-pandailah dalam menjaga nama baik.
Enggak mau kan dicap sarkasme gara-gara sering nyinyir / judge orang lain ?
Enggak mau kan di cap makhluk paling menyedihkan abad ke 20 gara-gara sering update galau ?
ah… elu makhluk paling munafik sejagat raya dan tanah air. Sok suci update nya yang bener-bener.
Gaes ini bukan sok suci, ini adalah langkah memperbaiki nama baik. memperbaiki yang salah, bukan cuma buat pembaca tapi juga ajang self-motivation.
2. Ubah Pola Fikir.
Pola fikir apa aja sih yang perlu di rubah biar aman dan nyaman alias woles di sosmed ? ini sih menurut pendapat saya pribadi setelah melakukkan riset dari berbagai kasus.
You know gaes.. this is a medsos and so many people say,
“Heloo yang gue sindir siapa yang kesindir siapa.”
Jika semua konten sudah memenuhi standarisasi penggunaan sosial media seperti poin yang pertama, langkah kedua biar woles di sosmed adalah mengubah pola fikir.
Salah satunya adalah bangun kesadaran diri bahwa setiap hal yang orang lain bagikan ( bertindak sebagai sindiran ) its oke slowly, kalem gaes itu bukan buat kamu kok. Mungkin enggak mudah membangun kesadaran agar selalu tetep dijalur posting (positif thinking ), tapi akan lebih rumit dan ribet lagi kalo setiap asupan negatif kita biarkan berbaur dengan sistem kerja otak. Duh, bahaya. Bisa neting. Gak baik lho terus berprasangka buruk.
Yang kedua, yang harus kita bangun adalah kemampuan untuk memfilter apa saja yang orang lain bagikan di sosmed. Baik itu berita, ilmu pengetahuan, atau jualan online. Ya pokoknya intinya si harus pinter filter aja. Banyak hal yang bisa di share di sosmed. Bisa berupa asupan yang baik atau cuma bibit-bibit penyakit. Yang dimaksud disini penyakit hati ya, bukan penyakit dalam apalagi penyakit bawaan lahir.
Mau nyomot pepatah lama lagi ni gaes :
“Jangan lihat siapa yang berbicara, tapi dengar apa yang di bicarakan. Jika itu baik ya dengarkan lalu laksanakan, jika itu buruk ya baca lalu lupakan alias fyuuh buang”
Simpel kan ?
Ilmu itu bisa datang dari mana aja. Gak harus melulu dengan duduk dibangku sekolah, gak selalu dari guru-guru di sekolah. Tapi di era ini, di era dimana manusia jadi budak sosial media yang tiap hari jauh lebih banyak berkutat dengan facebook, twitter, path, instagram dll. Daripada duduk mojok di perpustakan. Atau jauh lebih memilih membuka gadget daripada membuka buku yang tebalnya bisa bikin mati tikus got kalo dilempar. Yess, you can learn from sosmed gaes. Mulai dari tokoh-tokoh masyarakat sampai butiran debu yang cuma bikin kelilipan semua ada di sosmed. Tergantung bagaimana kita menyikapi prahara “lika-liku sosial media”.
3. Bangun komunikasi yang baik
Seperti pada dasarnya, Media sosial adalah tempat untuk saling berinteraksi di kancah dunia maya. Komunikasi itu bisa bersifat aktif atau pasif. Aktif yang di maksud adalah bentuk nyata dari interaksi di room chat, atau di kolom komentar. Sementara yang di maksud komunikasi pasif adalah menjadi pengintai yang baik. Mengetahui perkembangan berita, mengetahui perkembangan keluarga, kerabat, dan sahabat, mengetahui hal-hal yang up to date tanpa turut serta langsung kedalamnya. Mungkin akan lebih familiar kalo disebut kemal, kepo maksimal. Haahaha… upss..
Buat saya pribadi si, itu oke-oke saja. Bukannya hal-hal yang kita bagikan di sosial media itu memang untuk konsumsi publik ? Lantas kenapa harus takut di kepoin orang ? Atau enggak terima kalo dikepoin orang.
Oke back to your self.
Bytheway, saya menulis catatan ini bukan ajang sok-sok-an atau merasa paling bener sejagat raya. Bukan begitu, ini cuma catatan dalam ajang pembenahan diri, baik itu bagi saya pribadi atau bagi kalian yang sempat meluangkan waktu untuk membaca.
Sekali lagi jangan lihat siapa yang berbicara, tapi dengar apa yang dibicarakan.
Kalo ada yang menyangka atau menyudutkan catatan ini sebagai sindiran untuk oknum-oknum tertentu.
Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
And finally..
Comeon reset your mind !
Wakeup tobe a good people, day by day.
I love you gaes, :*
@shintajulianaa
dalam proses revisi diri !