![]() |
Klik Sumber Gambar |
Sore tadi ada teman saya yang dari dulu suka menulis.
Dia bilang :
1. Banyak si gue nulis, tapi di laptop doang.
2. Gue sebenernya pengen banget post tentang kisah gue, tapi horror orangnya baca.
3. Gue belum berani, takut ada yang salah ngartiin tulisan gue.
3 point tadi yang bikin si A jadi bergerak seadanya di dunianya sendiri. Ya menurut saya, setiap orang punya dunianya masing-masing dalam artian dimana dia bisa bebas berekspesi. Orang yang suka nulis, otomatis dong dia mengekpresikan apa yang di dengar, di rasa, di lihat dengan bentuk tulisan. Orang yang suka melukis ya dengan melukis. Orang yang suka bernyanyi, dengan bernyanyi. Begitupun seterusnya. Bebas.
Dan kami yang rajin posting ini-itu di blog atau situs lainnya. Saya tekankan lagi ya, ini bukan ajang cari muka atau pengen di perhatikan banyak orang. Bukan ingin tersohor atau dinilai punya peran. Kami hanya ingin menulis. Itu saja. tentang apapun yang ingin kami sampaikan.
Dan kalo ada yang nanya apa ini berguna, saya jawab iya untuk saya. Mungkin buat pembaca si enggak ya. Cenderung curhat kalo isinya cuma cerita sehari-hari. Cenderung pesimis jika isinya keluhan. Dan sok menciptakan image bijak kalo isinya semua tentang positif energy. But, disamping semua itu “menulis” buat yang hobby nulis yang emang berguna banget. Lebih simplenya kita bisa mengulang semua history cerita kita hanya dengan kembali membacanya. Merasakan lagi moment-moment sejarah hidup kita. Berasa punya album kenangan dalam bentuk tulisan sendiri. Dan kalopun semua isinya semu, itu bukan berarti seseorang itu pemimpi justru dia perasa. Punya perasaan kuat terhadap sekitar, bisa berperan jadi siapapun yang dia dengar. Bisa hidup dalam seribu karakter secara bersamaan.
Kalo gunanya gitu ya apa bedanya ngesave tulisan di laptop. Saya dulu juga sering banget nulis yang Cuma berakhir jadi draft aja. Gak ada yang baca. Gak butuh juga si. Toh tujuannya hanya ingin mengabadikan setiap potongan ceritanya. Hingga tiba waktu, laptop rusak. Dan semua keformat. Zzzzzz… Damn moment banget !
Satu hal lagi di poin pertama. Kita bisa merasakan kembali sensasi kesedihan atau kebahagiaan saat membaca kembali tulisan ketika pada detik setahun atau sepuluh tahun yang lalu. Coba kalo misal cuma asal cerita, pasti kita gak yakin pernah mengalami hal itu. Banyak pertanyaan, “bener gak sih ? emang iya dulu pernah begini, begitu, bla-bla-bla.”Kalo ada tulisan kan ada bukti nyatanya. Kita sendiri yang menulis kalimat bahagia itu. Atau bahkan kita sendiri menguntai sedih sedemikian pilu itu.
Untuk poin kedua. Pengen ketawa dulu. Ya. Poin ini saling berhubungan sama poin ketiga. Hm, awalnya ya panas dingin si. Ngeri. Horor. Tapi sekali lagi, disini kita sebagai tuan rumah. Mereka hanya tamu yang gak di undang. Jadi kalo misalkan yang dituju itu membaca atau ngerasa, ya itu tentang urusannya. Dia yang bersedia masuk ke ranah dunia kita. Itu biar jadi urusannya selanjutnya. Berani klarifikasi atau cukup tenggelam dalam “kegeerannya” sendiri. Karena saya pastikan; “tidak semua apa yang ditulis itu tentang penulisnya.”
Jadi buat yang suka menulis, tulis saja apapun yang ingin kamu tulis. Berperanlah jadi siapapun. Nikmati setiap sandiwaranya. Kita yang punya panggung, kita juga yang punya cerita. Penonton cukup membaca. Komentar tak akan pernah jadi apa-apa. Biar berkoar diluar.
@shintadutulity
Note ini didedikasikan khusus untuk Dina Purnamasari.
Selamat menulis.