Belakangan ini saya sering menemukan beberapa orang yang becandaannya diluar batas. Atau mungkin kedekatan membuat sebuah etika kesopanan hilang. Contohnya masalah hidup yang jadi bawan becandaan, nagih hutang di sosmed, terus gak ada lagi istilah jaga perasaan orang. Semua dibuat wajar. Saya terheran, saya yang memang kurang bergaul atau terlalu sensitive terhadap situasi di sekitar. Sekalipun kejadian ini bukan dialami diri saya pribadi, tapi saya merasa sangat unrespect terhadap orang-orang yang sama sekali menurut saya tidak tahu sopan santun.
Ibarat penampilan, tatakrama adalah pakaian kita. Yang dimana jika pakaian kita tertutup, sopan, maka orangpun akan segan berbuat usil terhadap kita, tapi jika penampilan kita urakan, selengean, makan orangpun akan dengan mudah mencemoohkan kita. begitupun dengan tatakrama, semakin kita menjaga sikap, tau batas mana yang boleh dan tidak, tau mana daerah privasi oranglain dan mana daerah umum, tau bagaimana harus bertindak dan bersikap, tau dan mengerti betul batas-batas dalam pergaulan, baik gerak fisik maupun psikisnya, baik lisannya maupun tulisannya. Maka oranglain pun akan segan terhadap kita, menghormati kita, menghargai kita, dan akan berusaha berkomunikasi dengan kitapun dalam bahasa yang baik. Gak mau kan kalo tiba-tiba di ajak ngobrol terus gaya ngobrolnya kayak kenek di terminal ? Gak mau kan di deketin orang terus gaya ngedeketinnya kayak ngedeketin anak malam yang doyan nongkrong di Club ?
Ingat ya gaess, kualitas diri kita adalah urusan kita. berpandai-pandailah dalam hal ini. Karena kualitas diri kita, menentukan bagaimana orang lain akan bersikap (bukan tentang status social).
Ini bukan tentang status sosial seseorang, ini adalah tentang bagaimana seseorang itu pandai mengenakan cover. agar terlihat mewah, menarik, sekalipun mungkin dalamnya dekil atau kusam.
Pertama, saya juga bukan orang berpendidikan tinggi. Saya juga lahir dari keluarga yang penuh dengan kesederhanaan. Tapi sejak kecil, kedua orang tua saya mengajarkan lengket tentang bagaimana harus bersikap. Mengajarkan dengan detailnya batas-batas mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Apa kebebasan membuat merekapun bebas bertindak apa saja sekalipun diluar zona haknya ? Apa dalih be your self membuat mereka ogah-ogahan jaga image dan cenderung tidak lagi mementingkan tatakrama ? entah saya tidak begitu faham. Mungkin Jakarta menjadi lingkuran sebab di mana kebebasan menjadi dalih tatakrama pudar.
Pernah sekali-kali saya memergoki teman yang gaya obrolannya seperti ke teman sebaya, padahal posisi lawan bicara jauh usinya diatasnya. Memakai bahasa tubuh yang sewajarnya dilakukan dengan teman sebaya. Saya sempat berfikir, kok bisa seperti itu ? bukannya sebagai yang lebih muda wajib memilah-milih bahasa mana yang pantas dilontarkan ketika lawan bicara lebih tua, sebaya, atau berada dibawah usia kita ? kenapa semua menyamaratan ? dalih kedua adalah “keakraban”. Mereka menyebut keakraban sebagai sebab dimana kita berhak menggunakan gaya bahasa yang katanya gaul. Keakraban membuat “jaga image” sudah tak diperlukan. Memang, saya akui. Jaga image yang berlebihanpun tidak membuat orang lain nyaman ketika bersama kita. Pun, jaga image juga diperlukan untuk memilah bagian keburukan diri kita mana yang harus tetap kita sembunyikan. Karena bagi saya pribadi, tidak semua hal tentang kepribadian kita di publikasi. Karena tidak semua orang bisa menerima. Malah akan sangat lebih baik, seiring keburukan itu disembunyikan juga dibarengi dengan perubahan kearah yang lebih baik. Mungkin sebagian akan menganggap saya bertopeng, so perpect, atau gak jadi diri sendiri. Pahami kita bebas menunjukkan diri kita seadanya dengan batas-batas kewajaran dan tentunya dibarengi etika.
Orang tua saya pernah berkata,
“Yang menjadi pembatas pergaulan itu bukan level kekayaan, pendidikan, atau hal apapun yang dianggap punya nilai sosialitasnya, tapi etikalah batasnya. Maka sekalipun kita bukan orang kaya, tidak pandai, tidak berpendidikan, tapi tetap jaga etika, jaga tatakrama, sopan santun, agar dengan siapapun kita bergaul maka orang-orang akan menghargai kita.”
jadi sedekat apapun dengan oranglain, orang lain tetap manusia yang punya perasaan. Tetap punya zona pribadi. Hargai itu ya gaeeess….
Terimakasih sudah membaca.
ini hanya tentang kacamata saya pribadi, maaf jika ada kesalahan.
@shintadutulity